Sejarah Ergonomi, Pengertian Ergonomi, Tujuan Ergonomi dan Ruang Lingkup Ergonomi
Memahami Dasar-dasar Ergonomi
Semakin lama, industri dan teknologi semakin berkembang. Hal ini menimbulkan tantangan baru dalam interaksi antara manusia dengan industri, teknologi atau dengan berbagai pekerjaannya. Interaksi tersebut dibahas dalam ergonomi. Tulisan ini akan membahas tentang pengertian ergonomi, sejarah ergonomi, ruang lingkup ergonomi, dan tujuan ergonomi.
Daftar Isi
Asal Kata Ergonomi
Istilah ergonomi berasal dari Bahasa Yunani yang terdiri dari 2 kata yaitu “ergon” berarti kerja dan “nomos” berarti aturan atau hukum. Jadi secara ringkas, ergonomi adalah suatu aturan atau norma dalam sistem kerja.
Di Indonesia, masyarakat menggunakan istilah “ergonomi” tetapi di beberapa negara seperti di Skandinavia menggunakan istilah “bioteknologi” sedangkan di negara Amerika menggunakan istilah “human engineering” atau “human factors engineering”. Namun demikian, kesemuanya membahas hal yang sama yaitu tentang optimalisasi fungsi manusia terhadap aktifitas yang dilakukan.

Definisi Ergonomi atau Pengertian Ergonomi
Untuk lebih memahami pengertian ergonomi atau definisi ergonomi, kita perlu memahami definisi ergonomi dari beberapa ahli ergonomi terlebih dahulu. Secara umum, definisi-definisi ergonomi yang ada membicarakan masalah-masalah hubungan antara manusia pekerja dengan tugas-tugas dan pekerjaannya serta desain dari objek yang digunakannya.
Pada dasarnya, kita boleh mengambil definisi ergonomi dari mana saja, namun demikian perlu kita sesuaikan dengan apa yang sedang kita kerjakan. Di bawah ini, katigaku akan menampilkan beberapa definisi ergonomi modern:
- Ergonomi adalah aplikasi dari informasi sains tentang keberadaan manusia (dan metode sains untuk mendapatkan informasi terkait keberadaan manusia) dengan masalah dari desain (Pheasant, 1988)
- Ergonomi adalah studi tentang kemampuan manusia dan karakteristik yang berdampak pada desain dari peralatan, sistem dan pekerjaan (Corlett & Clark, 1995)
- Ergonomi adalah kemampuan untuk menerapkan informasi tentang karakter manusia, kapasitas manusia dan keterbatasan manusia terhadap desain dari tugas pekerja, sistem permesinan, tempat tinggal dan lingkungan sehingga manusia dapat hidup, bekerja dan bermain dengan aman, nyaman serta efisien ( Annis & McConville, 1996)
- Desain ergonomi merupakan aplikasi dari faktor manusia, informasi tentang desain alat, mesin, sistem, tugas dan pekerjaaan serta lingkungan agar manusia dapat produktif, aman, nyaman serta berfungsi secara efektif (Manuaba, 1998)
- Ergonomi (atau faktor manusia) adalah disiplin sains yang memberikan perhatian tentang interaksi antara manusia serta elemen lain dari sebuah sistem dan profesi yang menerapkan prinsip teori, data serta metode untuk membuat desain yang dapat mengoptimasi kesejahteraan manusia serta sistem performa secara keseluruhan (IEA, 2000)
- Ergonomi (atau faktor manusia) adalah disiplin sains yang memberikan perhatian terhadap pemahaman dari interaksi antara manusia serta elemen lain dari sebuah sistem dan profesi yang menerapkan teori, prinsip, data serta metode untuk membuat desain yang mengoptimasi kesejahteraan manusia serta performa sistem secara keseluruhan. Ahli ergonomi berkontribusi kepada desain dan evaluasi dari tugas, pekerjaan, produk, lingkungan serta sistem agar membuat mereka sesuai dengan kebutuhan, kemampuan serta keterbatasan dari manusia ( Waldemar K. serta William S. M., 2003)
- Ergonomi adalah keilmuan tentang cara kita untuk bekerja dan berinteraksi dengan karakteristik dari lingkungan; hal ini termasuk menemukan cara agar dapat lebih efisien, termasuk cara untuk melindungi manusia dari cidera. ( Christine Durant, et.al.,2006)
- Ergonomi adalah keilmuan yang memberikan perhatian kepada “fit” antara manusia dengan pekerjaannya. Ergonomi meletakkan manusia sebagai hal yang pertama dengan memperhatikan kemampuan dan keterbatasannya. Ergonomi bertujuan untuk memastikan bahwa tugas, peralatan, informasi dan lingkungan sesuai dengan setiap pekerja. (HSE,2007)
- Ergonomi adalah keilmuan tentan manusia ketika mereka menggunakan peralatan dalam lingkungan spesifik untuk melakukan tugas tertentu. Ergonomi bertujuan untuk mengurangi dampak buruk dari lingkungan kepada manusia sehingga memungkinkan setiap orang untuk memaksimalkan kontribusi mereka kepada pekerjaan yang diberikan ( Cherie Berry, 2009)
- Ergonomi adalah keilmuan untuk menyesuaikan kondisi tempat kerja dengan permintaan pekerjaan kepada kemampuan dari pekerja. Ergonomi mempertimbangkan kemampuan dan keterbatasan dari pekerja karena mereka berinteraksi dengan peralatan, perlengkapan, metode kerja dan tugasnya dalam lingkungan. Setiap pekerja berbeda sehingga pilihan tunggal tidak akan cocok untuk semua pekerja. Ergonomi meliputi semua aspek dalam pekerjaan, dari mulai stres fisik yang dibebankan kepada sendi, otot, syaraf, tendon dan tulang dengan faktor lingkungan yang mungkin berakibat pada pendengaran, visi, dan kenyamanan serta kesehatan umum. Mendesain tempat kerja dengan pemahaman bahwa setiap individu berbeda dalam ukuran dan kondisi fisik merupakan langkah pertama untuk mengurangi kemungkinan dari cidera (UCDHS,2009)
- Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau menyeimbangkan antara segala fasilitas yang digunakan baik dalam beraktivitas maupun istirahat dengan segala kemampuan, kebolehan dan keterbatasan manusia baik secara fisik maupun mental sehingga dicapai suatu kualitas hidup keseluruhan yang lebih baik ( Tarwaka, 2010)

Sedangkan yang dimaksud dengan kualitas hidup manusia pekerja, sesuai dengan yang ditetapkan oleh Organisasi Perburuhan Internasional (ILO). Secara umum adalah sebagai berikut:
- Pekerjaan harus menghargai kehidupan dan kesehatan pekerja
- Pekerjaan harus memberikan pekerja dengan waktu bebas untuk istirahat dan bersenang-senang
- Pekerjaan harus memungkinkan pekerja untuk melayani masyarakat dan mendapatkan pemenuhan diri dengan meningkatkan kapasitas personal
Dengan demikian, pencapaian kualitas hidup manusia secara optimal, baik di tempat kerja, di lingkungan sosial maupun di lingkungan keluarga serta setelah pekerja pensiun dari pekerjaan, menjadi tujuan utama dari penerapan ergonomi.
Tujuan Ergonomi
Secara umum tujuan dari penerapan ergonomi adalah:
- Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan cidera dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan mental, mengupayakan promosi dan kepuasan pekerja
- Meningkatkan kesejahteraan soisial melalui peningkatan kualitas kontak sosial, mengelola dan mengoordinir kerja secara tepat guna dan meningkatkan jaminan sosial baik selama kurun waktu usia produktif maupun setelah tidak produktif
- Menciptakan keseimbangan rasional antara berbagai aspek yaitu aspek teknis, ekonomis, antropologi dan budaya dari setiap sistem kerja yang dilakukan sehingga tercipta kualitas kerja dan kualitas hidup yang tinggi
Sejarah Ergonomi
Masa Purba
Pada zaman dahulu, manusia masih hidup dalam lingkungan alam yang masih sangat asli di mana kehidupan manusia sangat tergantung pada kegiatan dan kreatifitas tangannya. Alat-alat, perlengkapan-perlengkapan, perkakas atau rumah-rumah sederhana, dibuat hanya sekedar untuk mengurangi ganasnya alam pada saat itu.
Selanjutnya, perubahan waktu walaupun terjadi secara perlahan, namun telah merubah gaya hidup manusia dari keadaan primitif menjadi manusia yang berbudaya dengan berbagai macam tantangan dan tuntutan. Kejadian ini antara lain terlihat pada perubahan rancangan peralatan yang dipakai, yaitu mulai dari batu yang tidak berbentuk menjadi batu dengan bentuk dan fungsi spesifik seperti misalnya batu diruncingkan menjadi pisau.
Perubahan pada alat-alat sederhana ini menunjukan bahwa sebenarnya manusia memiliki kecenderungan dan kemampuan untuk selalu mencari cara guna memudahkan kehidupannya. Banyak lagi perbuatan-perbuatan manusia yang serupa dengan itu dari abad ke abad. Namun, hal itu berlangsung secara apa adanya, tidak teratur dan tidak terarah, bahkan kadang-kadang terjadi secara kebetulan saja.
Masa Revolusi Industri
Sebetulnya, disiplin ilmu ergonomi mulai dicetuskan secara formal pada tahun 1949, akan tetapi aktivitas yang berkenaan dengannya, telah bermunculan puluhan tahun sebelumnya. Beberapa kejadian penting pada dekade sebelumnya yang berkaitan dengan perkembangan ergonomi dapat secara sederhana diilustrasikan pada penjelasan di bawah.
Thackrah (Inggris, 1831) adalah seorang dokter dari Inggris yang meneruskan pekerjaan dari seorang Italia bernama Ramazzini, dalam serangkaian kegiatan yang berhubungan dengan lingkungan kerja yang tidak nyaman dan dirasakan oleh para pekerja. Thackrah mengamati postur tubuh pekerja pada saat pekerja sebagai bagian dari masalah kesehatan yang menjadi perhatiannya. Pada saat itu, ia mengamati seorang pejahit yang bekerja dengan posisi dan dimensi kursi serta meja yang kurang sesuai secara antropometris, serta pencahayaan yang tidak baik, sehingga mengakibatkan membungkuknya bada sehingga mengakibatkan keluhan pada pinggang dan terjadi iritasi pada indra penglihatan pekerja tersebut.
Perkembangan selanjutnya, Gilbreth (Amerika, 1911) mengamati dan mengoptimasi metoda kerja, dalam hal ini lebih mendetail dalam hal analisis gerakan. Motion study yang diterbitkan pada tahun 1911 menunjukkan bagaimana postur membungkuk dapat diatasi dengan mendesain suatu sistem meja yang dapat diatur secara turun-naik sesuai dengan dimensi antropometri penggunanya (adjustable).
Badan penelitian untuk kelelahan industri (Industrial Fatigue Research Board, Inggris, 1918) didirikan sebagai upaya penyelesaian masalah yang terjadi di pabrik amunisi pada perang dunia pertama. Mereka menunjukkan bagaimana output kerja meningkat setiap harinya dengan pengurangan jam kerja per-harinya.
Pada perkembangan berikutnya, Elton Mayo Et.al (Amerika, 1933) seorang warga negara Australia, memulai beberapa studi di suatu perusahaan kelistrikan Amerika. Tujuan studinya adalah untuk mengkuantifikasi pengaruh dari variable fisik seperti pencahayaan dan lamanya waktu istirahat terhadap faktor efisiensi dari para operator pada unit perakitan kelistrikan tersebut.
Sejarah Ergonomi Masa Perang Dunia
Sebetulnya, di Amerika Serikat, disipilin ilmu ergonomi atau dikenal sebagai human factors, secara umum dianggap berasal selama Perang Dunia II (Wickens & Hollands, 2000), meskipun kemajuan yang memberikan kontribusi untuk pembetukannya dapat ditelusuri pada pergantian abad 20. Sebelum perang dunia II, fokusnya adalah bagaimana merancang manusia agar sesuai dengan mesin yang digunakannya melalui trial and error (designing the human to fit the machine), bukannya merancang mesin agar sesuai dengan manusia. Hal ini dapat ditemukan dalam karya Frederick Taylor (1989) tentang seleksi, pelatihan, jadwal kerja-istirahat, dan studi gerakan&waktu pada pekerja industri
Banyak kemajuan ergonomi yang berasal dari kebutuhan militer. Dengan dimulainya perang dunia 1, konflik pertama untuk menggunakan pesawat yang baru diciptakan dalam pertempuran, timbul kebutuhan untuk metode yang tepat dalam memilih dan melatih pilot berkualitas. Hal ini mendorong pengembangan psikologi penerbangan dan dimulainya penelitian tentang aeromedical. Meskipun kemajuan telah dibuat waktu itu, Meister (1999) menyatakan bahwa dorongan atau motivasi mengembangkan disiplin ilmu ergonomi tidak dapat terpenuhi, karena kurangnya “krisis teknologi dan personil seperti yang terjadi pada Perang Dunia II”.
Pecahnya Perang Dunia II dan adanya tuntutan kebutuhan pada saat itu maka terbentuk suatu katalis untuk mengembangkan disiplin ilmu ergonomi. Pertama, kebutuhan untuk memobilisasi dan mempekerjakan banyak pria dan wanita membuatnya tidak praktis lagi untuk memilih secara individu pada pekerjaan tertentu. Dengan demikian, fokus beralih kepada bagaimana merancang kemampuan manusia dan meminimalkan konsekuensi negatif dari keterbatasan mereka. Kedua, Perang Dunia II telah menjadi saksi di mana kemajuan teknologi akhirnya memaksa kemampuan manusia untuk beradaptasi dan mengimbangi desai yang tidak tepat.
Hal ini paling jelas terlihat pada sebuah kecelakaan pesawat dengan pilot yang sebenarnya sangat terlatih, tetapi terdapat masalah pada alat konfigurasi dan display instrument pesawat yang tidak ergonomis (Fitts & Jones, 1947). Eksperimental psikolog tetap dilakukan untuk mempelajari masalah ini dengan mengadaptasi teknik-teknik laboratorium. Maka, disiplin ilmu ergonomi mulai dilahirkan bahkan manusia yang terlibat di dalamnyapun mungkin tidak menyadarinya pada saat itu (Meister, 1999).
Pada pertengahan tahun 1960-an, disiplin ilmu ergonomi terus tumbuh dan berkembang di berbagai belahan dunia. Lebih dari itu, disiplin keilmuan ergonomi diperluan ke bidang-bidang lain, termasuk perangkat keras komputer (1960-an), perangkat lunak komputer (tahun 1970-an), pembangkit listrik tenaga nuklir dan sistem persenjataan (1980-an), makroergonomik, internet & otomatisasi (1990-an), dan teknologi adaptif (2000-an). Bidang ergonomik yang baru pun bermunculan seperti neuro-ergonomics dan nano-ergonomics. Dengan kemajuan yang sangat pesat dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, bidang-bidang seperti bioteknologi dan nanoteknologi adalah suatu hal yang menarik untuk diikuti dan dipelajari tentang apa yang baru ditemukan tersebut akankah mengharuskan untuk menerapkan ergonomi sebagai solusi terbaik.
Pembentukan Kelompok Ergonomi.
Sejarah ergonomi dilanjutkan dengan pembentukan Kelompok Masyarakat Peneliti Ergonomi (ergonomics research society) di Inggris pada tahun 1949 melibatkan beberapa profesional yang telah banyak berkecimpung dalam bidang ergonomi dan human factors. Hal ini terbukti menghasilkan jurnal pertama dalam bidang Ergonomi pada November 1957. Selanjutnya, Perkumpulan Ergonomi Internasional (The International Ergonomics Association) terbentuk pada 1957, dan The Human Factors Society di Amerika juga terbentuk pada tahun yang sama.
Setelah itu, Konferensi Ergonomi Australia yang pertama diselenggarakan pada tahun 1964 dan dalam konferensi tersebut berhasil mencetuskan terbentuknya Masyarakat Ergonomi Austalia dan New Zealand (The Ergonomics Society of Australian and New Zealand). Setelah itu, bermunculan organisasi-organisasi kerja serupa di kawasan Asia yang berafiliasi kepada IEA (International Ergonomics Association) seperti; AES (Asian Ergonomics Society) yang didirikan pada tahun 1993; APCHI Group (Asia Pacific Computer Human Interaction Group) yang didirikan pada tahun 1995; SEAES (The South East Asian Ergonomics Society); ESS (The Ergonomics Society of Singapore); PEI (Perhimpunan Ergonomi Indonesia).

Perkembangan disiplin Ergonomi beserta implementasinya, khususnya di Indonesia telah dimulai sejak tahun 1969 dengan didirikannya lembaga-lembaga pemerintah maupun swasta yang bergerak di bidang Ergonomi Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Masa | Peristiwa |
---|---|
Zaman Purba | Christensen menyebutkan bahwa spesies Australopithecus Prometheus telah secara efektif memilih dan menggunakan alat dari kerikil dan membuat skup dari tulang antelop untuk memudahkan pekerjaan atau tugas mereka |
Peradaban Yunani | Asal kata Ergonomik : Ergon dan Nomos |
1857 | Wojciech Jastrzębowski dari Polandia membuat buku “An outline of Ergonomics, or the Science of Work” |
1949 | Professor Hugh Murell mengajukan penggunaan resmi dari kata "Ergonomik" pada rapat di British Admiralty. Kata "ergonomik" secara resmi diterima pada tahun 1950 |
Revolusi Industri abad ke 19 | Peningkatan ergonomik sangat pesat. Peralatan industrial dan mesin seperti mesin jahit dan mesin giling untuk meningkatkan proses pekerjaan. |
Perang dunia ke-2 | Mencocokan mesin kepada ukuran dari pekerja dan peningkatan logika serti pengertian tentang peningkatan tombol kontrol |
Tahun 1960 selanjutnya | Dari tahun 1960 ke depan, komputer sangat bermanfaat untuk meningkatkan pekerjaan dengan lebih mudah, produktif dan ergonomis |
2000 | Definisi ergonomik ditetapkan oleh International Ergonomics Association |
Ruang Lingkup Ergonomi
Ruang lingkup ergonomi meliputi
Lingkup Kajian Ergonomi Fisik
Kajian ergonomi secara fisik utamanya berkaitan dengan disiplin ilmu tentang anatomi manusia, antropometrik, fisiologi dan karakteristik biomekanis karena hal tersebut selalu terkait dengan aktivitas fisik manusia. Topik-topik yang relevan dengan ergonomi fisik termasuk; posisi dan postur kerja, penanganan material secara manual atau manual material handling, gerakan berulang-berulang, pekerjaan yang berhubungan dengan gangguan sistem muskuloskeletal, tata letak tempat kerja, keselamatan dan kesehatan kerja, dll.
Lingkup Kajian Ergonomi Kognitif
Ergonomi kognitif utamanya berkaitan dengan proses mental, seperti: persepsi, memori, penalaran, dan respons motorik, karena hal-hal tersebut dapat mempengaruhi manusia dan interaksi di antara unsur-unsur lain dari suatu sistem kerja. Topik-topik kajian yang relevan dalam ergonomi kognitif antara lain mencakup; beban kerja mental, pengambilan keputusan, pekerjaan yang memerlukan keterampilan, interaksi manusia-mesin dan komputer, keandalan dan kemampuan manusia, stress kerja dan pelatihan kerja, hal-hal tersebut mungkin berkaitan erat dengan desain sistem manusia.
Lingkup Kajian Ergonomi Organisasi Kerja
Kajian ergonomi terhadap organisasi kerja adalah berkaitan dengan optimalisasi sistem sosio teknik, termasuk juga kajian tentang struktur organisasi, kebijakan, dan proses kerja. Topik-topik yang relevan dari kajian ini meliputi; komunikasi, pengelolaan sumber daya manusia, desain pekerjaan atau tugas-tugas, desain waktu kerja dan istirahat, pembentukan tim kerja, desain pendekatan partisipatif, ergonomi dalam kehidupan masyarakat secara luas, kerjasama tim kerja, paradigm tentang pekerjaan baru, budaya organisasi, organisasi virtual, dan manajemen mutu.
Lingkup Kajian Ergonomi Lingkungan Kerja
Kajian ergonomi terhadap lingkungan kerja adalah berkaitan dengan masalah-masalah faktor fisik lingkungan kerja, seperti: pencahayaan atau penerangan, temperature atau iklim kerja, kebisingan, dan getaran. Kajian ergonomi lingkungan kerja juga meliputi faktor kimia dan faktor biologi. Topik-topik yang relevan dengan ergonomi lingkungan antara nlain meliputi: perancangan ruang kerja, sistem akustik, house keeping, kenyamanan pemakaian alat pelindung diri, dan lain-lain.

Referensi
Tarwaka. (2010). Ergonomi Indusri. Surakarta: Harapan Press.