8 Tahap dalam Siklus Hidup Pabrik (Plant Lifecycle)
Siklus hidup pabrik atau daur hidup pabrik terdiri dari 8 tahap yang memiliki bahaya spesifik
Siklus hidup pabrik menurut AICHE (American Institute of Chemical Engineers) terdiri dari 8 tahap. Siklus hidup pabrik ini memiliki risiko khas masing-masing yang harus dipahami untuk membuat tindakan pengendalian yang sesuai.
Siklus hidup pabrik secra garis besar meliputi tahap perancangan, di mana proses, peralatan, lokasi, tata letak dan cara pengoperasiannya dirancang. Setelah itu, barulah pabrik dibangun melalui kegiatan konstruksi. Jika pabrik sudah jadi, pengoperasian pabrik dipersiapkan melalui kegiatan pre-startup dan commissioning. Jika tahap ini berhasil, pabrik mulai dihidupkan pertama kali.
Setalah dapat dihidupkan dengan baik, pabrik dioperasikan untuk produksi. Pada suatu saat, pabrik perlu dimatikan, untuk kegiatan pemeliharaan atau pembongkaran. Jika untuk perawatan, pabrik akan dihidupkan kembali dan doperasikan lebih lanjut. Namun, jika penghentian pabrik dilakukan untuk pembongkaran, pabrik tidak perlu dihidupkan kembali.
Penerapan upaya keselamatan operasi dilaksanakan sepanjang siklus hidup pabrik, seperti yang diulas cukup lengkap pada buku Guidelines for Safe Process Operations and Maintenance (AICHE, 1995). Berikut adalah 8 tahap daur hidup pabrik/ siklus hidup pabrik (plant lifecycle):
Daftar Isi
Tahap Perancangan
Tahap perancangan ini melalui 3 tahapan
Tahap 1
Perekayasaan konseptual, di mana evaluasi teknis dan ekonomis dilakukan terhadap kelayakan proyek, yang mencakup kimiawi proses, bahaya proses, skema aliran proses, landasan dasar rancangan bagi peralatan, instrument, peralatan pengendali, dan sistem keselamatan.
Tahap 2
Perekayasaan dasar, di mana penghitungan simulasi proses dilakukan. terutama terhadap keseimbangan masa dan energi, perancangan aliran proses, termasuk P&ID awal (piping and instrument diagram), serta penyiapan blangko data bagi perancangan.
Tahap 3
Perancangan rinci, di mana penghitungan dilakukan terhadap ketebalan bejana, peringkat peralatan penukar panas, P&ID final, ukuran jalur dan rancangan perpipaan, penggambaran isometric yang dilengkapi dengan spesifikasinya, serta gambar yang dibuat bagi konstruksi.
Tahap 1 menggunakan analisis bahaya proses. Adapun pada tahap selanjutnya pemahaman risiko operasi yang lebih mendalam dilakukan, termasuk ihwal penggunaan HAZOP (hazard and operatability study), yang didasarkan pada analisis berbasi P&IDs.
Informasi yang diperlukan untuk penakaran risiko operasi ini terkait dengan:
- Data ciri bahan kimia, yang mencakup antara lain ciri umum, data fisik, data bahaya kebakaran dan ledakan, data bahaya kesehatan, data reaktivitas, dan pelindung terhadap personel
- Deskripsi proses, tentang proses operasi yang terjadi
- Gambar proses dan sarana mekanik serta listrik, yang meliputi diagram aliran proses (termasuk keseimbangan bahan dan panas), P&IDs, rancangan denah (termasuk klarsifikasi daerah bahaya listrik), diagram jaringan listrik utama, dan lain-lain
- Sistem pelindung keselamatan seperti dasar rancangan sistem pelepas tekanan, data ventilasi bangunan dalam pabrik, perincian pemantau api dan gas, sistem pelindung pasif, system interlock keselamatan
- Spesifikasi peralatan operasi, yang meliputi bahan konstruksi, laporan penyimpangan terhadap kode rancangan, batas rancangan maksimal dan minimal serta dampak penyimpangannya, dan persediaan cairan
- Data rancangan mekanik, yang meliputi spesifikasi perpipaan utama, bejana, peralatan listrik, serta penyimpangan dari spesifikasi tersebut
- Petunjuk manual prosedur operasi yang menjelaskan prosedur tertulis langkah operasi, batas operasi maksimal dan minimal, serta dampak penyimpangannya
Bentuk dokumentasi keselamatan operasi utama ini, antara lain, adalah petunjuk manual prosedur operasi, petunjuk manual prosedur pemeliharaan, buku data proyek (gambar proses dan data spesifikasi peralatan), standar perekayasaan yang digunakan, file pelatihan, rencana tanggap darurat, file sistem manajemen keselamatan operasi, petunjuk manual praktik kerja aman, buku pedoman komunikasi bahaya dan izin lingkungan hidup. Informasi tersebut harus didokumentasikan secara baik dan akan menjadi dasar bagi tim yang mengoperasikan serta merawat pabrik.
Aspek keselamatan operasi yang harus dipertimbangkan saat tahap perancangan ini antara lain:
- Evaluasi lokasi pabrik, baik letak pabrik secara keseluruhan maupun denah daerah operasi. Evaluasi letak terkait dengan jarak aman di antara unit-unit operasi, ruang kendali, saluran limbah, daerah sekitar pabrik, jalur evakuasi dan lainnya. Adapun denah pabrik harus mempertimbanhkan keselamatan petugas operasi dan pemeliharaan, kemudahan peralatan untuk dioperasikan dan dipelihara serta keselamatan operasi itu sendiri.
- Penelaahan ulang rancangan, seperti aspek teknis, ekonomi, aliran proses, keterpaduan operasi, serta aspek ergonomik dalam rancangan peralatan dan lingkungan kerja
- Penakaran risiko operasi yang meliputi antara lain analysis inherently safety (keselamatan yang sudah terpadu dalam rancangan proses), analisis bahaya operasi seperti studi HAZOP, analisis penekaran risiko kuantitatif, dan analisis dampak kejadian.
- Keterpaduan peralatan yang mencakup pemilihan material, perekayasaan keandalan, prosedur fabrikasi, pemilihan standard, dan kekerapan pengujian peralatan.
- Pertimbangan faktor manusia dari sisi rancangan peralatan dan lingkungan. Jangan sampai rancangan mendorong pekerja untuk melakukan kesalahan, karena tidak sesuai dengan kemampuan manusia. Ini dikenal dengan ilmu ergonomi atau faktor manusia. Aspek ini dibahas dengan lengkap pada buku Guidelines for Preventing Human Error In Process Safety dan Human Factors Methods for Improving Performance In The Process Industries
- Lain-lain
Pemaduan keselamatan pada rancangan proses dikenal dengan istilah inherently safer plants yang diprakarsai oleh Trevor Kletz. Prinsipnya adalah meminimalkan bahaya, mensubstitusi bahan berbahaya, menurunkan tingkat bahaya dan membuat proses lebih sederhana. Pendekatan ini berupaya mengganti bahan kimia berbahaya dengan yang kurang berbahaya, mengurangi cadangan bahan kimia berbahaya dalam proses, menurunkan kapasitas penimbunan bahan kimia berbahaya, mengganti proses reaksi dari batch yang berjumlah besar menjadi kontinu, menurunkan parameter operasi (tekanan dan temperature) yang berbahaya, memasang sistem pengendali otomatis, dan berbagai aspek rancangan proses yang lain.
Tahap Konstruksi
Setelah pabrik dirancang dengan spesifikasi yang profesional, di mana di dalamnya sudah terpadu aspek pengendalian risiko operasi, tiba saatnya pabrik dibangun. Ini disebut tahap konstruksi. Secara garis besar,kegiatan konstruksi ini akan mencakup penyiapan lokasi serta pemasangan fondasi peralatan, penyangga perpipaan, peralatan dan pipa pneumatik, kabel listrik, dan kotaknya, panel pengendali dan sistem pengendali yang tersebar, transmitter elektronik dan peralatan pengindra, kerangan (valve) pengendali dan peralatan ukurnya, kerangan pelepas dan piringan pelepas tekanan yang ada di bejana-bejanan dan perlatan lainnya, penyekat di antara pipa, kabel listrik, dinding bangunan, atap, sambungan bejana, perpipaan dan peralatan lainnya.
Aspek keselamatan yang perlu diterapkan saat konstruksi dalam siklus hidup pabrik meliputi antara lain:
- Jaminan mutu, untuk memastikan peralatan yang dibangun memiliki mutu yang sesuai dengan spesifikasi rancangan
- Verifikasi rancangan, untuk memastikan bahwa yang dibangun sesuai dengan yang ditentukan dalam rancangan
- Prosedur pemasangan. Pada kegiatan konstruksi, prosedur pemasangan peralatan, bangunan, dan lain-lain perlu dipatuhi. Hal ini ditujukan agar risiko dalam kegiatan ini dapat dikendalikan dan mutu pemasangan yang standar dapat dihasilkan
- Penyelesaian terhadap bahaya sebelumnya. Jika pada waktu yang lalu ditemukan bahaya-bahaya yang terpapar, cara mengatasi bahaya ini perlu dipikirkan agar risiko terkendali
- Data keterpaduan peralatan awal. Data tentang keterpaduan peralatan ini perlu dikelola sebagai landasan pengoperasian pabrik nanti
- Prosedur keselamatan kerja. Pada kegiatan konstruksi ini, semua pekerja harus mematuhi prosedur dan peraturan keselamatan kerja yang sudah ditetapkan, agar risiko kegiatan konstruksi dapat dikendalikan.
- Lain-lain
Tahap pre-startup and commissioning
Setelah pabrik selesai dibangun, sampailah pada tahap persiapan pabrik untuk dihidupkan. Ini dikenal sebagai pre-startup and commissioning. Kegiatan ini meliputi, antara lain, pemeriksaan semua peralatan, apakah sudah terpasang dengan baik dan sesuai spesifikasi rancangan. Sesudah itu dilakukan pengujian tekanan, pembersihan, flushing, pengeringan, dan purging. Selanjutnya, dilakukan commissioning terhadap utilitas dan peralatan utama, dan lain-lain.
Agar proses kegiatan ini berjalan baik, yang perlu diperhatikan adalah:
- Penyiapan informasi yang akan menjadi referensi pemeriksaan dan pengujian, seperti informasi dasar rancangan, deskripsi proses secara terperinci, P&IDs, gambar-gambar teknis yang lain, data bahan kimia dalam proses, spesifikasi perlatan secara terperinci, instruksi vendor terhadap operasi peralatan, standar perekayasaan yang menjadi dasar perancangan, hasil kaji ulang bahaya proses, sistem keselamatan (seperti alarm dan detector), sistem pemadam kebakaran dan prosedur keselamatan
- Penyiapan daftar periksa untuk persiapan dan langkah kegiatannya, termasuk jadwal pelaksanaan
- Pembentukan tim lengkap dengan pelatihan yang diperlukan, baik bagi operator yang akan mengoperasikan maupun petugas pemeliharaan yang terlibat
- Persiapan prosedur terkait, yaitu prosedur menghidupkan, prosedur operasi, serta prosedur mematikan dan kedaduratan yang mungkin terjadi
- Penerapan PSSR (pre-startup safety review) untuk memastikan kesiapan semua unsur, baik peralatan, para pekerja yang terlibat, maupun prosedurnya.
- Penerapan commissioning pada utilitas, peralatan utama, maupun instrument dan sarana pengendali lainnya
- Persiapan akhir untuk startup di mana aspek keselamatan diperiksa lagi menggunakan PSSR, sesudah commissioning dilakukan
- Dan lain-lain
Menghidupkan pabrik
Tahap menghidupkan pabrik ini ada 3 macam, yaitu:
- Menghidupkan pabrik awal, yaitu langkah yang dilakukan agar pabrik yang baru dibangun dapat beroperasi untuk pertama kalinya. Langkah ini merupakan bagian dari langkah pre-startup and commissioning, yang sudah diulas sebelumnya. Startup awal ini lebih dikenal dengan sebutan commissioning.
- Menghidupkan kembali, yaitu langkah menghidupkan pabrik setelah penghentian pabrik karena keadaan darurat atau ada peralatan yang mati mendadak. Bisa juga startup dilakukan setelah pabrik terpaksa dihentikan karena ada bagian pabrik yang sedang diperbaiki
- Menghidupkan pabrik setelah pemeliharaan besar, yaitu langkah menghidupkan pabrik setelah pabrik dimatikan untuk kegiatan pemeliharaan, perbaikan atau modifikasi
- Menghidupkan pabrik setelah lama dimatikan, yaitu langkah menghidupkan pabrik setelah pabrik lama dihentikan dan tidak diawasi
Aspek keselamatan pada langkah penghidupan pabrik ini sebenarnya sama, yaitu pemeriksaan dan pengorganisasian yang lengkap sebelum pabrik dihidupkan. Hal yang menjadi masalah, kesungguhan pelaksanaaannya. Seringkali, kesiapan hanya pada saat initial startup, sedangkan langkah menghidupkan pabrik yang lain kurang sungguh-sungguh dilakukan. Perlu disadari, berdasarkan pengalaman, tahapan startup ini paling tinggi risikonya dibandingkan saat operasi normal.
Tahapan menghidupkan pabrik ini mencakup:
- Perencanaan langkah dan jadwal pelaksanaannya
- Persiapan akhir dalam bentuk pemeriksaan terhadap perlatan utama, ketersediaan prosedur terkini, dan kesiapan para anggota tim yang kompeten
- Memasukkan bahan kimia dalam peralatan sesuai dengan prosedur
- Pemantauan terhadap bekerjanya peralatan dan sistem pengaman, aliran proses, serta kemungkinan terjadinya bocoran, getaran kelainan operasi
- Pencatatan data operasi saat menghidupkan pabrik
- Pemutakhiran prosedur menghidupkan pabrik berdasarkan hasil pengalaman lalu
Jika proses ini dapat dijaga pelaksanaannya, proses menghidupkan pabrik dapat dilaksanakan dengan risiko yang terkendali. Peran aktif petugas operasi dan pemeliharaan, serta fungsi perekayasaan dan keselamatan kerja, akan membuat proses ini berjalan lancar.
Tahap Operasi
Setelah pabrik dihidupkan, dimulailah kegiatan operasi sehari-hari. Kegiatan operasi ini ada yang rutin, tidak rutin atau kedaruratan, dan merupakan waktu yang paling panjang dalam siklus hidup pabrik. Sebagaimana yang sudah dikemukakan sebelumnya, sesudah peralatan, sarana, proses, material, dan lingkungan kerja dirancang serta dibangun dengan andal, pabrik siap dioperasikan.
Tahap operasi ini dapat terwujud dengan baik jika tenaga kerja yang mengoperasikannya memiliki kompetensi yang tepat sesuai tugasnya. Tenaga kerja ini mengoperasikan pabrik dengan mematuhi SOP serta peraturan yang sudah ditetapkan secara profesional.
Ada beberapa aspek keselamatan operasi yang harus dilaksanakan dengan konsisten, yaitu:
- Perlu adanya SOP tertulis yang dikelola dengan baik, baik untuk kegiatan operasi rutin, tidak rutin, maupun kedaruratan.
- Pembangunan komunikasi yang baik antar golongan shift. Jangan sampai terjadi kejadian di lepas pantai Piper Alpha yang mengakibatkan meninggalnya 176 orang. Hal ini disebabkan kesalahan pemahaman tentang operasi dan peralatan oleh pekerja operasi dan pemeliharaan antar shift.
- Sistem pelatihan yang baik agar semua pekerja operasi dapat melakukan tugas dengan baik
- Kehandalan perangkat lunak baik dari segi peralatan ataupun operator
- Persiapan tindakan untuk memastikan berfungsinya sistem pelindung keselamatan operasi, seperti sistem penghentian pabrik otomatis, peralatan pelepas tekanan, dan sistem pemadam kebakaran otomatis.
- Setiap perubahan memerlukan analisa management of change (manajemen perubahan).
- Penyelidikan kecelakaan secara jujur dan transparan untuk mengetahui penyebab sebenarnya, bukan untuk saling menyalahkan.
- Studi HAZOP untuk sarana proses yang baru dimodikasi
- Kegiatan keselamatan operasi yang lain, seperti pertemuan dan percakapan K3, inspeksi K3, penelaahan kepatuhan, penggunaan alat pelindung, perilaku tidak aman yang terjadi dan sebagainya.
- Program sistem manajemen keselamatan operasi yang lain
Tahap Pemeliharaan
Setelah pabrik dioperasikan, semua peralatan dan lingkungan kerja harus dipelihara agar keterpaduan dan keandalan operasi dapat dijamin. Kegiatan-kegiatan ini dilakukan oleh petugas pemeliharaan, antara lain pemeliharaan pencegahan, pemeliharaan prediktif, perekayasaan keandalan, serta pemeriksaan dan pengujian peralatan.
Kegiatan pemeliharaan dalam siklus hidup pabrik ini dapat dilakukan pada saat:
- Operasi berjalan seperti memberi pelumas pada motor pompa
- Penghentian pabrik seperti pembersihan bagian dalam peralatan atau mengganti komponen peralatan yang membutuhkan penghentian operasi peralatan
- Membongkar dan mengganti komponen peralatan atau peralatan itu sendiri karena batas umur teknis sudah tercapai
Aspek keselamatan pekerja yang harus diperhatikan para pekerja pemeliharaan saat melaksanakan tugasnya antara lain:
- Pelatihan bagi pekerja pemeliharaan sesuai dengan tugas yang diembannya, termasuk kemampuan untuk memahami, mengendalikan, dan menyadari risiko pekerjaan
- Mematuhi program dan prosedur pemeliharaan yang sudah ditetapkan.
- Memutakhirkan data keterpaduan peralatan, sehingga setiap perubahan keadaan peralatan dapat diketahui dengan pasti, seperti pelacakan pesanan kerja, file peralatan operasi, serta gambar-gambar peralatan dan proses opoerasi.
- Sistem untuk memastikan mutu perlatan yang diganti, jika perlu dengan sertifikat peralatannya.
- Mematuhi proses manajemen perubahan saat memodifikasi peralatan yang berpengaruh terhadap proses operasi
- Melakukan kegiatan keselamatan operasi yang sudah ditetapkan antara lain analisis keselamatan pekerjaan, pengarahan keselamatan, sistem izin kerja, dan praktik kerja aman saat bekerja.
- Lain-lain seperti memastikan bekerjanya CSMS (contractor safety management system) untuk meyakinkan bahwa kontraktor yang dipilih untuk pemeliharaan adalah kontraktor dengan kualifikasi yang sesuai risiko pekerjaannya.
Tahap Penghentian Pabrik
Penghentian pabrik merupakan suatu kegiatan yang dibutuhkan saat penghentian yang direncanakan atau kedaruratan, karena operasi menghadapi suatu permasalahan. Kegiatan ini memang lebih jarang dibandingkan dengan operasi yang rutin, tetapi risikonya lebih tinggi, karena sudah terjadi beberapa insiden besar saat pabrik dimatikan dan dihidupkan kembali.
Agar penghentian pabrik ini terlaksana dengan baik, terutama saat penghentian kedaruratan, diperlukan kesiapan, koordinasi, kerja sama dan komunikasi yang baik antara petugas operasi dan pemeliharaan.
Aspek keselamatan operasi yang terkait dengan pelaksanaan penghentian operasi pabrik ini meliputi, antara lain:
- Prosedur penghentian pabrik yang telah dipersiapkan dengan baik dan tertulis, terutama dalam menghadapi penghentian darurat.
- Langkah persiapan pra-penghentian pabrik, lengkap dengan daftar periksa untuk memastikan dipatuhinya persyaratan sebelum pabrik dihentikan
- Adanya penilaian ulang tentang rencana dekontaminasi yang akan dilakukan
- Daftar periksa peralatan yang akan ditangani saat penghentian pabrik dilaksanakan
- Penilaian ulang sesudah pabrik dihentikan, sehingga permasalahan yang ditemui saat pelaksanaan penghentian tersebut dapat dijadikan pelajaran untuk meningkatkan mutu pelaksanaan penghentian yang akan datang
Tahap Pembongkaran
Jika penghentian pabrik itu untuk tujuan pemeliharaan, pabrik akan dihidupkan kembali. Namun, jika penghentian itu untuk tujuan pembongkaran pabrik aspek keselamatan yang dihadapi dalam kegiatan ini hampir mirip pada tahap konstruksi. Sebab, ini akan berkaitan dengan peralatan angkat dan alat-alat berat yang lain. Namun, pada pembongkaran ini ada tambahan bahayanya,yaitu bahan kimia yang masih tersisa dalam peralatan yang akan dibongkar.
Aspek keselamatan saat kegiatan pembongkaran ini meliputi, antara lain:
- Persiapan prosedur pembongkaran yang sudah mempertimbangkan aspek bahaya dri bahan-bahan kimia dalam peralatan. Dalam prosedur ini sudah tercantum cara mengelola dan membuang bahan-bahan kimia tersebut, termasuk aspek K3 dan dampak lingkungannya.
- Untuk memastikan dipenuhinya aspek K3 dan perlindungan lingkungan tersebut, disusun daftar periksa mothball (contohnya ada pada buku Guidelines for safe process operations and maintenance)
- Penilaian ulang terhadap bahaya dari pabrik yang dalam keadaan terhenti. Hal ini ditujukan untuk mengantisipasi risiko yang mungkin terjadi, termasuk terhadap masyarakat di sekitar pabrik.
- Persiapan penghentian dan pembongkaran pabrik, sesuai prosedur yang sudah dipersiapkan.
- Penilaian ulang pasca-pembongkaran untuk mengantisipasi dampak lanjutan proses pembongkaran.
- Lain-lain
Dari penjelasan di atas, tampak bahwa jika keselamatan operasi dilaksanakan dengan profesional dan konsisten, kita dapat mengelola operasi pabrik secara unggul. Namun, sekali lagi, ini hanya dapat dilihat jika kita mau memahami makna keselamatan kerja sebenarnya, yaitu upaya mengendalikan risiko operasi.
Referensi
Gunawan, F., Lestari, F., Subekti, A., & Somad, I. (2016). Manajemen Keselamatan Operasi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.