Aspek PersonalCSMSTerpeleset Tersandung Terjatuh

Bekerja di Ketinggian Sesuai Permenaker Nomor 9 tahun 2016 ( Bagian 2)

Bekerja Pada Bangunan Tinggi dan Cara Penyelematan Pekerja yang Tergantung di Body Harness

Dalam pembahasan di bagian sebelumnya, penulis sudah membahas tentang pentingnya pengawasan bekerja di ketinggian. Permenaker nomor 9 tahun 2016 membedakan pekerjaan di ketinggian menjadi 2 bagian  yaitu bekerja pada bangunan tinggi dan pada ketinggian dengan menggunakan akses tali. Kali ini, tulisan akan difokuskan kepada bekerja pada bangunan tinggi dan cara penyelematan pekerja yang tergantung di body harness.

Pekerja pembersih kaca gedung
Pekerja pembersih kaca gedung

Bekerja pada bangunan tinggi adalah pekerjaan yang diadakan di lantai kerja sementara atau tetap yang mengadakan pergerakan secara vertikal maupun horisontal menuju atau meninggalkan lantai kerja, atau melakukan pekerjaan pada bidang miring. Definisi tersebut sesuai dengan Permenaker nomor 9 tahun 2016.

Perbedaan bekerja pada bangunan tinggi dan pada ketinggian (akses tali) terletak pada:

  • Lantai kerja apakah pada struktur bangunan sementara atau tetap ataukah lantai kerjanya pada akses tali.
  • Kompetensinya juga berbeda di bangunan tinggi ada 2 tingkatan yaitu Tenaga Kerja Bangunan Tinggi 1 dan 2. Sedangkan untuk kompetensi ketinggian Tenaga Kerja Pada Ketinggian Tingkat 1,2 dan 3.
  • Pada kompetensi bekerja di bangunan tinggi, kita tidak memerlukan jenjang bertingkat, artinya pekerja tidak harus di mulai dari tingkat 1 untuk menuju tingkat 2.  Pekerja bisa langsung ke tingkat 2 jika pekerja diperuntukan untuk kerja sebuah perusahaan. Tingkat 1 dipergunakan untuk sektor non industri atau anggaplah pekerja lepas seperti tenaga borongan bangun rumah di rumah tangga atau pekerjaan yang bukan ikut suatu perusahaan.

Tugas dan tanggung jawab pekerja pada bangunan tinggi sesuai permenaker no 9 tahun 2016 adalah sebagai berikut :

  1. Bekerja pada Lantai Kerja Tetap dan/atau pada Lantai Kerja Sementara dengan alat pelindung jatuh berupa jala, bantalan, atau tali pembatas gerak (work restraint);
  2. Bergerak menuju dan meninggalkan Lantai Kerja Tetap atau Lantai Kerja Sementara dengan menggunakan tangga;
  3. Bergerak menuju dan meninggalkan lantai kerja tetap atau sementara secara horizontal atau vertical pada struktur bangunan;
  4. Bekerja pada posisi atau tempat kerja miring;
  5. Menaikkan dan menurunkan barang dengan sistem katrol;
  6. Melakukan upaya pertolongan dalam keadaan darurat.

Perangkat Pelindung Jatuh pada Pekerjaan di Ketinggian

Pada dasarnya perangkat pelindung jatuh untuk pekerjaan di ketinggian terbagi menjadi 2 bagian terpisah yaitu :

  1. Perangkat pencegah jatuh kolektif, dan perangkat pencegah jatuh perorangan
  2. Perangkat penahan jatuh kolektif dan perangkat penahan jatuh perorangan.

Pekerjaan pada bangunan tinggi banyak menggunakan alat pencegah jatuh baik perorangan maupun kolektif yang mampu menahan beban 15 Kilonewton, terpasang tali ganda (doubel lanyard) dengan peredam kejut dengan panjang maksimal 1,8 meter serta mempunyai sistem penutup dan pengunci kait secara otomatis. Selain itu, tali pembatas gerak (safe line) yang terikat kuat yang mampu menahan beban minimal 2 orang dewasa sekitar 250 Kg juga diperlukan.

Sebelum memilih alat pelindung jatuh perseorangan di pekerjaan pada bangunan tinggi, kita perlu membuat analisa resiko terlebih dahulu. Karena banyak macam dan tipe fullbody harness yang ada di pasaran,  kita harus memilih yang sesuai dengan karakteristik risiko di tempat kerja kita dan sesuai juga dengan standard yang berlaku.

Sebelum membahas lebih lanjut tentang fullbody harnes yang standar dan sesuai regulasi, pemakaian fullbody harness di pekerjaan pada bangunan tinggi sebenarnya tidak wajib untuk dipakai oleh pekerja. Hal ini seperti yang tercantum dalam permenaker nomor 9 tahun 2016 pasal 25 yang dimaknai jika semua pasal sebelumnya terpenuhi (pasal 24) maka pekerja boleh tidak memakai fullbody harness. Namun, apabila body harness disediakan sebagai bentuk jaga-jaga juga tentunya tidak masalah.

alat pelindung diri ketinggian
Alat pelindung diri di ketinggian

Fungsi full body harness yang utama adalah untuk penahan jatuh atau pencegah jatuh. Pemilihan body harness harus juga mempertimbangkan harga karena tergantung dengan fungsi, jenis material, dan cara perawatannya.

Hampir rata-rata fullbody harness untuk pencegah jatuh (kebanyakan dipergunakan pada bangunan tinggi) didesain bukan untuk dipakai berulang ulang terjatuh atau tergantung. Ada beberapa perusahaan yang menerapkan standar prosedur nya jika fullbody harness pernah dipakai atau mengalami jatuh dari ketinggian maka sudah tidak layak dipergunakan lagi (bisa dilihat manual book produknya).

Permenaker nomor 9 tahun 2016 menerapkan bahwa standart fullbody harness harus mampu menahan minimal 15 kilonewton ( rujukan standart EN 361) yang mempunyai titik penghubung di sternal atau dorsal (lebih baik minimal ada 2 D ring ini sternal dan dorsal, makin banyak jumlah D-Ring makin bagus). Pemilihan peletakan pun juga dari hasil penilaian resiko seperti jika pergerakan posisi vertikal maka di sarankan pengait yang dipakai sternal karena secara gravitasi jika pekerja terjatuh akan cenderung mengarah ke belakang. Hal sebaliknya diterapkan jika arah pergerakan ke arah horisontal yang di pergunakan dorsal. (Lihat gambar fullbody harness dengan 5 D-Ring).

titik hubung full body harness
5 titik hubung full body harness

Jika pekerja sering melakukan pergerakan vertikal dan bekerjanya secara vertikal pergunakan lateral untuk pemosisi kerja saat kerja untuk kebebasan bergerak (gambar 2).

Posisi bekerja di ketinggian dengan alat pelindung diri
Posisi bekerja di ketinggian

Suspension Trauma

Pemakaian fullbody harness sebagai pencegah jatuh memiliki potensi terjadinya suspension trauma ketika pekerja terjatuh di ketinggian. Suspension trauma (disebut juga dengan istilah Orthostatic Intolerance atau Harness Hang Syndrome) adalah cedera yang diakibatkan oleh tidak adanya pergerakan tubuh saat korban tergantung di body harness (setelah terjatuh) dalam posisi tegak (vertikal), sehingga bisa memberikan efek kehilangan kesadaran bahkan kematian pada korban.

Periode serangan dari suspension trauma ini terbilang cepat dan tidak dapat diramalkan. Kenapa sih sangat berbahaya suspension trauma ini ? Setelah pekerja terjatuh dan tergantung di fullbody harness, suspension trauma dapat menyerang korban dalam waktu lima menit. Bila pertolongan tidak segera dilakukan dalam waktu 10 menit, korban akan kehilangan kesadaran dan dalam 15 menit, kemungkinan besar korban akan meninggal dunia. Sindrom ini terjadi tiba-tiba, tidak terduga, dan bisa mengakibatkan kematian.

Adapun gejala dari Suspension Trauma sebagai berikut:

  • Tanda-tanda awal: sensasi panas pada tubuh, pusing, keringat dingin, nadi cepat, napas cepat, dan tanda syok lainnya.
  • Kehilangan kesadaran
  • Kematian dapat terjadi dalam rentang waktu 10-30 menit, jika korban tidak segera diberi pertolongan.

Beberapa faktor lain juga bisa memperburuk kondisi korban, di antaranya korban sulit menggerakkan kaki, cedera saat jatuh, kelelahan, kekurangan cairan, syok, gangguan pembuluh darah, gangguan sistem pernapasan, dan lain-lain.

Tindakan ketika pekerja terjatuh dan tergantung di harness

Perhatikanlah cara-cara berikut untuk menolong pekerja yang terjatuh dan tergantung di body harness.

  • Jika memungkinkan, petugas P3K/ tim penyelamat harus memberi bantuan pada 5-10 menit pertama setelah pekerja terjatuh.
  • Jika tidak segera mendapat bantuan, pastikan korban selalu menggerakkan kaki dan angkat lutut hingga posisi duduk atau gunakan alat bantu, seperti suspension trauma safety strap .
  • Jika korban tidak sadar, jaga agar jalan napas selalu terbuka.
  • Selama pertolongan pertama diberikan, jangan membaringkan korban di lantai atau di atas tandu. Seperti sudah dibahas pada paragraf sebelumnya, bila korban langsung dibaringkan, hal ini memicu terjadinya reflow syndrome, akan ada aliran darah yang tiba-tiba mengalir ke otak dan jantung dan bisa mengakibatkan kematian pada korban.
  • Jaga korban dalam posisi duduk selama kurang lebih 30 menit.
  • Setiap korban yang pingsan atau mengalami suspension trauma lebih dari 10 menit, harus segera dibawa ke rumah sakit untuk penanganan lebih lanjut.

Untuk menghindari suspension trauma ini sebaiknya pekerja dibekali dengan peralatan tambahan foot loop, suspension trauma safety step, tape line dan diajarkan untuk penggunaanya serta sering dilakukan latihan, sering sekali pekerja panik dan lupa dalam pemasangannya pada saat posisi terjatuh padahal dengan peralatan yang adapun bisa juga di manfaatkan seperti webbing, alat pemosisi kerja juga bisa beralih fungsi sebagai alat petolongan ini, atau membekali dengan tali karmantel yang sudah di simpul sebelumnya.

Pemakaian foot lop pada full body harness
pemakaian foot lop pada full body harness

Selain fullbody harness juga harus ada tali ganda (lanyard) dengan pengait dan peredam kejut yang panjangnya maksimal 1,8 meter, atau bisa di ganti dengan tali tarik ulur otomatis (rectratable /yoyo) yang akan otomatis terkunci jika pekerja jatuh maksimal 60 cm (lihat gambar contoh peralatan bekerja di ketinggian di atas). Pemakaian lanyard atau tali penahan jatuh  tidak diperkenankan diposisi lain selain sternal dan dorsal.

Pemasangan lanyard ini pun juga diatur di permen no 9 tahun 2016 seperti tali life line yang terpasang harus mampu menahan beban orang yang terkait di tali tersebut (pasal 18 ayat 3). Angkur lanyard harus ditambatkan diatas kepala atau minimal sejajar dengan dada hal terkait dengan fall factor( akan saya bahas di bagian 3), pengait tidak di tambatkan pada struktur yang dapat menambah jarak jatuh, pada struktur yang berbeda, dan yang harus di ingat panjang life line tidak boleh lebih dari 30 meter dan sudut deviasi maksimum dari garis lurus vertikal tidak lebih dari 15 derajad.

Sebelum kita akhiri pembahasan tentang bekerja pada bangunan tinggi ini, perlu di ingat ketika melakukan pekerjaan di ketinggian analisa terlebih dahulu pekerjaan tersebut, siapkan tim gawat darurat yang selalu siaga dan bisa melakukan penyelamatan dalam keadaan darurat, serta yang terpenting adalah semua harus dilakukan oleh orang yang kompeten di bidangnya kompeten disini adalah yang sudah tersertifikasi secara legal oleh Kemenaker  Republik Indonesia.

Semoga tulisan yang singkat ini membantu dalam pemahaman bekerja di ketinggian dan saya sangat berharap dengan bantuan rekan rekan di sisi pengawasan akan mengurangi angka kecelakaan kerja khususnya di ketinggian.. Jika membutuhkan informasi atau bertanya lebih lanjut terkait bekerja di ketinggian silahkan isi kolom komentar, atau hubungi admin boleh juga hubungi secara personal.

Salam kompeten.

Baca Tulisan

Budhi Setiyawan

Pembina HSE INDONESIA Wilayah jatim dan Regional Malang Raya. Bekerja di salah satu perusahaan tambang Nikel di Sulawesi Tenggara
Back to top button