Virus Rabies : Bahaya Biologis Bagi Pekerja dan Masyarakat
Virus Rabies Merupakan Salah Satu Bahaya Biologis
Salah satu bahaya biologis (biohazard) yang mungkin terdapat di tempat kerja bersumber dari virus, toksin yang dihasilkan oleh dari mikroorganime seperti kapang, bakteri, rickettsia, fungi. Bahaya biologis ini dapat mengakibatkan dampak kesehatan terhadap masyarakat ataupun para pekerja di tempat kerja.
Para pekerja sering terpapar dengan bahaya (hazard) biologis jika pekerjaan mereka di lapangan atau lebih sering kontak dengan tanaman, hewan, atau produk asal hewan. Bahaya biologis juga terdapat di Rumah Sakit maupun laboratorium laboratorium. Para pekerja atau masyarakat yang sering bepergian atapun bekerja di lingkungan yang baru juga berpotensi terpapar bahaya biologis (Center Disease Control).
Daftar Isi
Virus Rabies Sebagai Bahaya Biologis
Salah satu bahaya biologis yang jarang mendapatkan perhatian dan informasi yang akurat bagi masyarakat maupun para pekerja di tempat kerja adalah Rabies. Rabies ini disebabkan oleh virus Lyssa.
Kementerian Kesehatan RI menyatakan bahwa sejak Januari hingga Februari tahun 2019 ini, terdapat 628 orang terinfeksi rabies di mana sedikitnya telah mengakibatkan kematian sebanyak 6 orang. Kejadian Luar Biasa (KLB) juga terjadi di Pemkab Dompu NTB dan beberapa daerah lainnya di Indonesia. Bahkan Pemerintah Kabupaten Kolaka Utara Sulawesi Tenggara menerapkan status siaga rabies akibat serangan anjing gila didaerah tersebut, sedikitnya 17 warga telah menjadi korban.
Anjing dapat menjadi bahaya biologis
The US Occupational Safety and Health Administration (OSHA), Center Disease Control (CDC), dan National Institute of Occupational Safety and Health (NIOSH) bahkan telah membuat daftar biohazard berdasarkan perspektif kesehatan dan keselamatan kerja yang berpotensi sebagai ancaman untuk senjata biologis seperti anthrax dan toksin dari botulism. Berikut ditampilkan penggolongan risiko dari agent biologi berdasarkan panduan dari National Institute of Health (NIH) USA.
Risk Group (RG) | Deskripsi Risiko Agen | Contoh Agen |
---|---|---|
RG-1 | Agen yang berhubungan dengan penyakit pada kesehatan manusia dewasa. | Bacillus subtilis , Esherichia coli K12, adeno-associated virus (AAV) |
RG-2 | Agen yang berhubungan dengan penyakit manusia yang jarang menimbulkan masalah serius, tindakan intervensi preventif dan pengobatan sering tersedia | Staphylococcus aureus, Salmonella sp, Herpes simplex viruses, Adenovirus |
RG-3 | Agen yang berhubungan dengan penyakit manusia yang serius dan bersifat mematikan, dimana tindakan intervensi preventif dan pengobatan mungkin tersedia | Mycobacterium tuberculosis, Bacillus anthracis , HIV |
RG-4 | Agent yang menyebabkan masalah yang serius dan kematian pada manusia dimana tindakan intervensi preventif dan pengobatan tidak selalu tersedia | Ebola virus, Marburg virus, Lassa virus |
( http ://osp.od.nih.gov/biotechnology/nih-guidelines/)
Pengertian Virus Rabies
Penyakit rabies disebabkan oleh genus Lyssavirus family Rhabdoviridae. Dari bahasa Yunani, lyssa berarti kegilaan dan bahasa Latin virus (racun). Dalam mitologi Yunani, Lyssa adalah dewi amarah, amarah, dan rabies, yang dikenal karena membuat anjing-anjing pemburu Acteon menjadi gila dan menyebabkan mereka membunuh tuannya.
Aristoteles (abad ke-4 SM) berkata, “Anjing menderita kegilaan. Ini menyebabkan mereka menjadi mudah tersinggung dan semua hewan yang mereka gigit menjadi sakit. ”Penyakit pada manusia ditandai oleh hidrofobia, di mana orang yang sakit secara bersamaan disiksa dengan kehausan dan takut air.
Penyakit ini disebut juga dengan hidrofobi. Virus yang menyerang system syaraf pusat ini dapat menyebabkan penyakit pada manusia akibat gigitan hewan yang menderita rabies atau jilatan hewan rabies pada kulit yang terluka. Virus rabies berkembang biak dalam kelenjar ludah hewan penderita rabies.
Morfologi Rhabdovirus
Rhabdovirus berukuran panjang 150-250 nano meter lebar 100-130 nano meter berbentuk seperti peluru dengan salah satu ujungnya mendatar. Permukaan virionnya tertutup oleh tonjolan-tonjolan. Nukleokapsid berbentuk helical dan terbungkus oleh selubung yang permukaannya berupa Glikoprotein (protein G).
Morfologi Virus Rabies
Sumber : https://viralzone.expasy.org/2
Asam nukleat virus adalah single stranded RNA dengan berat molekul 3.5 – 4.6 x 106 Dalton. Virus yang memperbanyak diri dalam sitoplasma ini mempunyai ukuran sekitar 70 x 170 nanometer. Epidemiologi rabies dilaporkan terjadi di seluruh dunia, kecuali Inggris, Australia dan Selandia Baru.
Virus rabies selain menginfeksi manusia juga dapat menulari semua hewan berdarah panas. Berbagai macam binatang berdarah panas dapat menjadi hospes (induk semang) sumber penular misalnya anjing dan sejenisnya, kucing dan sejenisnya, kera, hewan karnivora, serta kelelawar. Namun pada manusia sumber utama penularan di daerah perkotaan adalah anjing dan hewan peliharaan yang menderita rabies dan infeksi melalui gigitan. Penularan virus rabies terhadap pekerja laboratorium harus juga mendapatkan perhatian terutama mereka yang menangani hewan percobaan yang kemunginan menderita rabies.
Diagnosis Rabies
Pada manusia ataupun hewan rabies memiliki masa inkubasi yang Panjang muai dari 10 hari sampai dengan lebih dari satu tahun. Semakin dekat dengan lokasi tempat masuknya virus (tempat gigitan) kea rah kepala semakin pendek masa inkubasi.
Pada manusia gejala-gejala khas yang terjadi berupa demam, sulit tidur, selalu cemas dan gelisah, terjadi perubhan tingkah laku, sakit kepala, dan otot-otot membengkak disertai kontraksi yang bersifat spasmodic terutama bila penderita diberi minum.
Kemudian penderita selalu kejang, mengalami kelumpuhan dan berakhir dengan kematian. Pada hewan yang terinfeksi rabies, gejala klinis dapat terjadi dalam 2 bentuk paralisis (kelumpuhan) yaitu paralisis aktif dan paralisis pasif. Gejala yang timbul pada awal penyakit berupa perubahan tingkah laku yang tidak normal, tidak mau makan, bersifat agresif.
Karena terjadi kelumpuhan pada otot-otot esophagus, reflek menelan terganggu sehingga terjadi hipersalivasi. Pada bentuk pasif hewan rabies langsung mengalami paralisis, salivasi dan segera diikuti kematian.
Pencegahan Rabies
Dua prinsip utama dari usaha pencegahan atau kontrol terhadap bahaya biologis ini adalah menghindari kontak langsung dengan agen dan memastikan bahwa kondisi yang cocok untuk pertumbuhan agent tersebut dapat dicegah. Di daerah endemik kontak dengan hewan-hewan liar sebaiknya dihindari.
Pencegahan Rabies
Setiap gigitan hewan liar wajib dibersihkan dan didesinfeksi. Pemberian immunoglobulin yang spesifik dapat segera diberikan sesudah terjadi gigitan oleh hewan liar.
Vaksinasi dapat dilakukan sebelum maupun sesudah terkontaminasi virus rabies dan sebaiknya juga diberikan pada pekerja laboratorium yang menangani hewan percobaan, dokter hewan, pekerja lapangan dan pelaksana autopsi yang merupakan pekerja berisiko tinggi tertular rabies.
Perspektif K3 dalam Pencegahan Bahaya Biologis
Virus Rabies yang merupakan salah satu bahaya biohazard perlu pengendalian yang tepat, agar dalam konteks K3 pekerja, bisa meminimalisasi risiko seorang pekerja terpapar bahaya tersebut.Biological agent, host, dan lingkungan menjadi poin pokok yang harus diperhatikan.
Ketiga poin tersebut memberikan faktor kontribusi risiko terhadap kesehatan dan keselamatan pekerja di tempat kerja. Terlihat bahwa status kesehatan (dalam hal ini pekerja yang divaksinasi) menjadi faktor yang harus diperhatikan. Apakah para pekerja yang berpotensi terhadap biohazard ini telah mendapatkan vaksinasi yang sesuai ataukah belum. Rabies sebagai ancaman biohazard pada pekerja dan masyarakat perlu mendapatkan perhatian dan kewaspadaan kembali.
Referensi
- Soedarto. 2003. Zoonosis Kedokteran. Airlangga University Pres. Surabaya
- Lyssavirus. Emerg Infect Dis. 2009;15(8):1184. https://dx.doi.org/10.3201/eid1508.e11508
- http ://osp.od.nih.gov/biotechnology/nih-guidelines/
- https://www.cdc.gov/rabies/transmission/virus.html