Dasar K3Essay K3

Keselamatan Kerja untuk Pertumbuhan Ekonomi Indonesia di Masa Depan

Kelas menengah adalah kekuatan kunci dalam fondasi ekonomi suatu bangsa. Menurut definisi dari Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD), kelas menengah adalah mereka yang memiliki pendapatan dari $ 10 hingga $ 100. Saat ini, Amerika dan Eropa memiliki jumlah kelas menengah yang mencapai 54% dari populasi penduduk dunia. Jumlah kelas menengah inilah yang dipercaya oleh para ekonom untuk menjadi penggerak ekonomi Amerika dan Eropa saat ini.

Kondisi ini akan segera berubah dalam beberapa tahun ke depan. Angka kelas menengah di Amerika dan Eropa akan menurun menjadi 17% saja. Namun, angka kelas menengah di bagian bumi lain, Asia, akan meningkat menjadi 10 kali lipat jumlahnya dibandingkan dengan Amerika dan 5 kali lipat dari Eropa di tahun 2030 sehingga menjadikan pertumbuhan ekonomi dunia akan pindah ke Asia dengan total 3 trilyun penduduk di kelas menengah.

Salah satu Negara yang diprediksi akan memiliki jumlah kelas menengah yang meningkat adalah Indonesia. Sebanyak 7 juta kelas menengah baru akan lahir setiap tahunnya di Indonesia. Hal ini dipoles dengan prediksi bahwa dari tahun 2015-2035, Indonesia akan mendapatkan bonus demografi di mana komposisi penduduk usia produktif 2 kali lipat lebih banyak daripada penduduk usia tidak produktif. Maka, jangan heran jika Institut McKinsey percaya bahwa pada tahun 2030 pertumbuhan ekonomi Indonesia akan melampui perkembangan Negara maju Eropa.

Namun, Indonesia kini menghadapi masalah besar yang dapat mengancam pertumbuhan ekonomi tersebut yaitu tingginya angka kecelakaan kerja. Berdasarkan data yang didapatkan dari Jamsostek, terdapat 103.000 kecelakaan yang terjadi pada tahun 2012. Ini berarti terdapat 9 orang pekerja yang meninggal setiap harinya. Berdasarkan data yang sama, Sebanyak 29 dari 100.000 pekerja di Indonesia mengalami kecelakaan kerja fatal yang mengakibatkan cacat seumur hidup ataupun meninggal. Data-data ini berasal dari Jamsostek yang “hanya” mampu mencakup 30% dari jumlah pekerja Indonesia. Bisa jadi, jumlah pekerja yang meninggal meningkat 3 kali lipat apabila data yang terhimpun benar-benar mencakup seluruh pekerja Indonesia. Apabila kasus-kasus ini tidak segera ditangani maka Indonesia bisa saja kehilangan putra-putri terbaiknya di masa depan karena kecelakaan kerja sehingga pertumbuhan ekonomi bisa terhambat.

safety economy

Jika dilihat berdasarkan penyebab, maka kecelakaan yang terjadi di Indonesia dan di seluruh dunia hanya terdiri dari 2 penyebab saja: Kondisi yang tidak aman (unsafe condition) dan perilaku tidak aman (unsafe behavior). Contoh dari kondisi yang tidak aman adalah adanya bagian berputar dari mesin yang tak ditutup sehingga menimbulkan resiko terlukanya tangan akibat mesin tersebut. Sedangkan, contoh perilaku tidak aman adalah tidak menggunakan helm ketika ada pekerjaan di ketinggian sehingga menimbulkan resiko tertimpa material jatuh atau terbentur material.

Dari 2 penyebab tersebut, perilaku tidak aman (unsafe act) adalah penyebab terbesar dari kecelakaan. Total 88% dari semua kecelakaan terjadi karena perilaku tidak aman, 10% karena kondisi tidak aman dan 2% sisanya murni karena kehendak Tuhan. Besarnya presentase perilaku tidak aman dalam kecelakaan adalah karena di setiap kondisi tidak aman yang terjadi pada suatu tempat terdapat elemen “pembiaran” dari pihak manajemen sehingga muncul kecelakaan.

Perilaku tidak aman ini bisa dicegah dengan penerapan budaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (safety culture). Dengan safety culture, para pekerja termasuk manajemen diharapkan selalu melaksanakan aspek K3 dalam semua kegiatan pekerjaannya baik diawasi oleh atasannya atau tim K3 atau tidak diawasi sekalipun. Pendek kata, safety culture ini membangun kesadaran bagi semua orang bahwa K3 itu penting sekalipun tidak ada yang mengawasi sehingga porsi penyebab kecelakaan tertinggi, perilaku tidak aman, bisa berkurang dan dengan sendirinya kecelakaan kerja juga akan berkurang. Jika kecelakaan kerja berkurang maka kita bisa menjaga pertumbuhan ekonomi Indonesia karena putra putri terbaik bangsa terhindar dari kecelakaan kerja.

Referensi
Ant/Adf. (2013, February 28). Jamsostek: Setiap Hari 9 Pekerja Tewas Kecelakaan. Retrieved November 11, 2014, from Jamsostek : http://www.jamsostek.co.id/content/news.php?id=3953
Casmudi. (2014, October 5). Kebijakan Pembangunan Berwawasan Kependudukan, Bonus Demografi 2015-2035 Bukan sebagai Ancaman Negara. Retrieved 10 30, 2014, from Kompasiana: http://lifestyle.kompasiana.com/urban/2014/10/05/kebijakan-pembangunan-berwawasan-kependudukan-bonus-demografi-2015-2035-bukan-sebagai-ancaman-negara-693239.html
CMCS Inventure. (n.d.). Center for Middle-Class Consumer Studies. Retrieved October 30, 2014, from http://inventure.co.id/cmcs/
Pezzini, M. (2014). An Emerging Middle Class. Retrieved October 30, 2014, from OECD Observer: http://www.oecdobserver.org/news/fullstory.php/aid/3681/An_emerging_middle_class.html
Hewitt, M. (2009). Relative Culture Strength : A Key to Sustainable World Class Safety Performance. Wilmington: DuPont.
Krzywicki, R. S., & Keesey, M. B. (2011). Using Safety Perception Survey to assess your organization’s Safety Culture. DuPont.

Baca Tulisan

Agung Supriyadi

HSSE Corporate Manager. Dosen K3. 100 Tokoh K3 Nasional versi World Safety Organization. Selalu senang untuk berdiskusi terkait dengan K3

Leave a Reply

Back to top button