Kesehatan kerja

Kiat Praktis Mengelola Stres Kerja di Peternakan

Peternakan juga Perlu Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Salah satu hazard (bahaya) psikososial yang ada di tempat kerja adalah stess. Stres yang timbul disebabkan oleh banyak faktor. Penyebab stres misalnya saja kondisi pekerjaan, tuntutan pekerjaan, dan kondisi lingkungan kerja, kondisi kemacetan menuju tempat kerja.

Dr Jane Parry PhD et all tahun 2005 menyampaikan laporan hasil penelitian terkait yang berjudul Farmers, Farm Workers and Work-Related Stress menyatakan bahwa tekanan dari pekerjaan beternak memberikan  sejumlah dampak pada kesejahteraan fisik dan mental pada responden yang menjadi subyek dalam penelitian yang dilakukan. Hal yang paling umum dari  adalah kurang tidur, masalah punggung, khawatir tentang pekerjaan, lekas marah dan merasa sedih.

Di Indonesia terutama industri perikanan, peternakan dan kesehatan hewan, hazard psikososial ini jarang dan sedikit sekali menjadi perhatian serius. Hazard psikososial ini bisa muncul misalnya karena persaingan bisnis, kondisi pasar komoditas misalnya unggas yang fluktuatif menjelang lebaran akan berisiko menimbulkan stres bagi para pedagang kecil dan sebaliknya akan menguntungan bagi pengusaha besar. Serangan wabah penyakit di farm (peternakan) bisa menimbulkan stres bagi pengusaha, tuntutan dan persaingan bisnis, serta tuntuntan target kerja dari perusahaan kepada pekerja. Stres ini bisa menghampiri semua lini, mulai level staf maupun pimpinan perusahaan atau institusi.

Peternakan di Asia

Wanita Penggembala Kambing

Northcraft (1990) mengungkapkan bahwa ada dua bentuk sumber stres kerja yaitu perasaan frustrasi karena tidak mampu mengontrol situasi yang sedang berlangsung atau karena dari situasi yang tidak menentu/ tidak mampu diprediksikan. Semakin besar potensi frustrasi terhadap ketidakpastian dan kontrol yang rendah terhadap situasi, maka semakin besar stres yang dirasakan.

Frustrasi yang mungkin muncul dari kontrol yang rendah, bersumber dari konsultasi yang kurang baik, hambatan perilaku, terlalu banyak atau terlalu sedikit pekerjaan, tekanan waktu, partisipasi yang rendah dalam pengambilan keputusan, dan tuntutan baik dari keluarga dan masyarakat, hubungan interpersonal yang kurang baik. Sumber stres karena ketidakpastian adalah politik dalam organisasi, ketidakamanan pekerjaan, kekaburan peran, konflik peran, dan delegasi yang kurang jelas.

Hal tersebut sesuai dengan salah satu teori stres yaitu teori behavior constraint atau hambatan perilaku. Teori ini didasarkan atas teori yang dikemukakan oleh Bem bahwa orang merasa kehilangan kontrol terhadap situasi yang berkembang saat itu.

Sumber stres ada dua yaitu sumber stres yang berasal dari organisasi dan sumber stres yang berasal dari kehidupan. Sumber stres dari organisasi meliputi tuntutan tugas, tuntutan fisik, dan tuntutan interpersonal. Tuntutan tugas adalah sumber stres yang berkaitan dengan pekerjaan tertentu.

Ada beberapa pekerjaan yang memang pada dasarnya mempunyai tingkat stres yang tinggi, ada pula yang rendah karena terkait dengan tuntutan tugasnya. Seorang ahli pengeboran minyak, pengontrol lalu lintas udara, dan dokter bedah syaraf merupakan profesi-profesi dengan bidang tugas yang mengandung sumber stres tinggi. Dokter hewan yang bekerja dengan risiko bahaya tinggi seperti dokter hewan yang berpotensi terkena rabies, leptospirosis, virus H5N1 dan atau hazard biologis (yang bersifat zoonosis) lain yang mungkin bisa terpapar terkait dengan pekerjaannya.

Peternak domba

Peternak Domba

Hal lain yang masih berkaitan dengan tuntutan tugas adalah sejauh mana akibat tugas tersebut terhadap dampak fisik, misalnya karyawan yang bekerja di reaktor nuklir. Dalam hal ini, masalah keamanan menjadi penting. Terakhir adalah apakah pekerjaan tersebut mempunyai risiko beban pekerjaan besar atau tidak. Tuntutan fisik sebagai sumber stres adalah apakah rancangan lingkungan fisik menjadi sumber stres apa tidak. Bekerja di reaktor nuklir ada ancaman jika reaktornya bocor atau terkena radiasi. Tuntutan peran, tidak berbeda dengan yang sudah dijelaskan di bagian terdahulu. Tuntutan interpersonal adalah lebih berkaitan dengan individu dalam interaksi di pekerjaan, misalnya apakah ada tekanan dari kelompok, dalam norma-norma kerja, yang pada dasarnya tidak diatur secara resmi oleh organisasi. Apakah gaya kepemimpinannya sesuai dengan tuntutan tugas dan sesuai dengan kebutuhan karyawan?

Apakah ada konflik-konflik yang berkaitan dengan kepribadian tertentu, misalnya dengan perbedaan karakteristik tertentu akan kurang menguntungkan untuk kerja secara tim.  Stres dalam kerja pada dasarnya juga dipengaruhi oleh sumber stres di luar organisasi. Stres dalam sejarah kehidupan manusia, mau tidak mau akan berdampak terhadap bagaimana seseorang bekerja. Ada dua macam stres kehidupan yaitu perubahan kehidupan dan trauma dalam kehidupan. Perubahan kehidupan misalnya kematian pasangan hidup dan trauma kehidupan misalnya perceraian dengan pasangan hidupnya

Manajemen Pencegahan dan Kontrol (kiat praktis)

Secara garis besar, upaya mengelola stres dapat dikelompokkan menjadi dua macam strategi yaitu strategi koping untuk level individu dan strategi dalam level organisasi (Moorhead & Griffin,1995). Strategi level individu dapat dilakukan dengan menggunakan strategi koping yaitu latihan dan relaksasi, manajemen waktu, manajemen peran, dan dukungan sosial. Strategi pada level organisasi terdiri atas dua yaitu program institusi dan program kolateral. Program institusi berkaitan dengan pekerjaan itu sendiri, budaya, dan supervisi. Sedangkan program kolateral seperti program promosi kesehatan atau pun program stres manajemen yang khusus disusun oleh pihak manajemen bagi karyawan.

stres kerja di peternakan

Peternak Sapi

Koping merupakan suatu cara yang ditempuh oleh individu (pekerja) dalam menghadapi stres yang dihadapi, cara untuk menyelesaikan masalah, menyesuaikan diri dengan perubahan serta respon terhadap situasi yang mengancam. Koping merupakan cara yang unik yang dilakukan oleh individu dalam mengatasi stres yang dihadapi. Koping menunjukkan kekuatan/ketahanan pekerja/individu dalam menghadapi, menilai dan mengatasi stresor (penyebab stres) yang muncul.  Bekerja di bidang apapun akan menghadapi yang namanya stres baik dalam tingkat yang ringan sedang dan berat. Oleh karena itu, kemampuan mengenali stresor (pemicu stres) sangat diperlukan. Kedua, kemampuan koping dan manajemen stres yang perlu dilatih dan dipelajari untuk menghadapi stresor yang kemungkinan akan muncul di tempat kerja. Hal ketiga adalah meningkatkan penguasaan/keahlian/kompetensi bidang kerja yang sedang dijalani. Misalnya seorang yang bekerja di bidang marketing bisa meningkatkan kemampuan berkomunikasi dan bersosialisasi dengan para customer, seorang pekerja di bagian peneliti lab meningkatkan kompetensi dan skill laboratoriumnya agar tidak menjadi beban kerja, pekerja di bidang peternakan secara berkala dan kontinyu meningkatkan skill dan jejaring kerja untuk meningkatkan kapasitas dan kapabilitas diri untuk kinerja yang prima. Hal terakhir adalah mencintai apa yang dilakukan dan melakukan apa yang menjadi passion di bidang kerja. Hal di atas merupakan hal yang penting menurut penulis untuk menciptakan kondisi kerja yang work life balance untuk pekerja di livestock.

Referensi

Bachroni, M. and Asnawi, S., 1999. Stres Kerja. Buletin Psikologi,7(2).

http://www.hse.gov.uk/research/rrpdf/rr362.pdf [diakses tanggal 3 Januari 2019]

Moorhead, G & Griffin, R.W. 1996. Organizational Behavior. New Jersey: Princeton

Baca Tulisan

David Kusmawan

Dosen Prodi Kesehatan dan Keselamatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jambi

Leave a Reply

Back to top button