Standar Kebisingan : Pengertian, Jenis dan Pengendalian
Kebisingan ada di hampir semua tempat kerja terutama tempat kerja yang melakukan aktivitas produksi. Apa itu kebisingan? Dari mana kebisingan bisa muncul? Apa akibat kebisingan? Bagaimana cara mengendalikan kebisingan? Mari kita simak di tulisan ini.
Daftar Isi
Pengertian Kebisingan
Kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan/atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran. Itulah pengertian kebisingan menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja nomor 5 Tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja.
Menurut WHO, tidak ada perbedaan antara “suara” dan “kebisingan”. “Suara” adalah sebuah persepsi sensorik dan “kebisingan” merupakan suara yang tidak dikehendaki. Lebih jauh lagi, kebisingan merupakan gangguan yang tidak ada alasannya dalam sebuah pita frekuensi yang dipakai (NIOSH,1991).
“Physically, there is no difference between sound and noise. Sound is a sensory perception and noise corresponds to undesired sound. By extension, noise is any unwarranted disturbance within a useful frequency band (NIOSH, 1991).”
Menurut Leslie (1993), kebisingan adalah semua bunyi yang mengalihkan perhatian, mengganggu atau berbahaya bagi kegiatan sehari-hari. Sebagai definisi standart, tiap bunyi yang tidak diinginkan oleh penerima dianggap sebagai bising.
Sejalan dengan itu, Harris, Cyril M. (1979) menyatakan kebisingan adalah bunyi yang tidak dikehendaki karena tidak sesuai dengan ruang dan waktu sehingga dapat menimbulkan gangguan kenyamanan dan kesehatan manusia.
Sedangkan menurut Sv Szokolay (1979) kebisingan didefinisikan sebagai getaran- getaran yang tidak teratur, memperlihatkan bentuk yang tidak biasa. Faktor-faktor yang mempengaruhinya antara lain adalah pola intensitas, frekuensi, dan pembangkitan (kontinu versus acak). Dalam hal ini, suara yang paling tersusun kiranya adalah musik, dan yang paling tidak tersusun adalah bising. Pola bicara terletak kira-kira diantara kedua ujung ini (Gambar 1)
Jenis Kebisingan
Di tempat kerja, jenis kebisingan diklasifikasikan ke dalam dua jenis golongan besar, yaitu:
- kebisingan tetap dan
- kebisingan tidak tetap.
Kebisingan Tetap
Kebisingan tetap dipisahkan lagi menjadi dua jenis yaitu:
- Kebisingan dengan frekuensi terputus (discrete frequency noise), yaitu kebisingan berupa nada-nada murni pada frekuensi yang beragam, contohnya suara rnesin, suara kipas dan sebagainya.
- Board band noise, yaitu kebisingan dengan frekuensi terputus dan digolongkan sebagai kebisingan tetap (steady noise). Perbedaannya adalah board band noise terjadi pada frekuensi yang lebih bervariasi (bukan “nada” murni).
Kebisingan tidak tetap
Sementara itu, jenis kebisingan tidak tetap (unsteady noise) dibagi lagi menjadi:
- Fluctuating noise (kebisingan fluktuatif), yaitu kebisingan yang selalu berubah-ubah selama rentang waktu tertentu.
- Intermitten noise (Kebisingan yang terputus-putus dan berubah-ubah), yaitu kebisingan yang besaran dan bentuknya berubah-ubah, contohnya kebisingan lalu lintas.
- Impulsive noise (Kebisingan impulsive), yaitu kebisingan yang dihasilkan oleh suara-suara berintensitas tinggi (memekakkan telinga) dalam waku relatif singkat, misalnya suara ledakan senjata api dan alat-alat sejenisnya
Jenis-jenis kebisingan berdasarkan sifat dan spektrum bunyi dapat dibagi sebagai berikut:
Bising yang kontinu:
Bising di mana fluktuasi dari intensitasnya tidak lebih dari 6 dB dan tidak putus-putus. Bising kontinyu dibagi menjadi 2 (dua) yaitu:
- Wide Spectrum adalah bising dengan spektrum frekuensi yang luas. Bising ini relatif tetap dalam balas kurang dari 5 dB untuk periode 0.5 detik berturut-turut, seperti suara kipas angin. suara mesin tenun.
- Narrow Spectrum adalah bising ini juga relatif tetap, akan tetapi hanya mempunyai frekuensi tertentu saja (frekuensi 500, 1000, 4000) misalnya gergaji sirkuler,katup gas.
Bising terputus-putus
Bising jenis ini sering disebut juga intermittent noise, yaitu bising yang berlangsung secara tidak terus-menerus, melainkan ada periode relatif tenang, misalnya lalu linlas, kendaraan, kapal terbang, kereta api
Bising impulsif
Bising jenis ini memiliki perubahan intensitas suara melebihi 40 dB dalam waktu sangat cepat dan biasanya mengejutkan pendengarnya seperti suara tembakan suara ledakan mercon, meriam.
Bising impulsif berulang
Sama dengan bising impulsif, hanya bising ini terjadi berulang-ulang, misalnya mesin tempa.
Berdasarkan pengaruhnya pada manusia, bising dapat dibagi atas :
a. Bising yang mengganggu (Irritating noise).
Merupakan bising yang mempunyai intensitas tidak terlalu keras, misalnya mendengkur.
b.Bising yang menutupi (Masking noise)
Merupakan bunyi yang menutupi pendengaran yang jelas, secara tidak langsung bunyi ini akan membahayakan kesehatan dan keselamatan tenaga kerja , karena teriakan atau isyarat tanda bahaya tenggelam dalam bising dari sumber lain.
c. Bising yang merusak (damaging/injurious noise)
Merupakan bunyi yang intensitasnya melampui Nilai Ambang Batas. Bunyi jenis ini akan merusak atau menurunkan fungsi pendengaran
Penyebab Kebisingan
Beberapa faktor penyebab kebisingan, yaitu:
Frekuensi
Frekuensi adalah satuan getar yang dihasilkan dalam satuan waktu (detik) dengan satuan Hz. Frekuensi yang dapat didengar manusia 20-20.000 Hz. Frekuensi dibawah 20 Hz disebut infra sound sedangkan frekuensi di atas 20.000 Hz disebut ultra sound. Suara percakapan manusia mempunyai rentang frekuensi 250 – 4.000 Hz. Umumnya suara percakapan manusia punya frekuensi sekitar 1.000 Hz.
Intensitas suara
Intensitas didefinisikan sebagai energi suara rata-rata yang ditransmisikan melalui gelombang suara menuju arah perambatan dalam media.
Amplitudo
Amplitudo adalah satuan kuantitas suara yang dihasilkan oleh sumber suara pada arah tertentu.
Kecepatan suara
Kecepatan suara adalah suatu kecepatan perpindahan perambatan udara per satuan waktu.
Panjang gelornbang
Panjang gelombang adalah jarak yang ditempuh oleh perambatan suara untuk satu siklus.
Periode
Periode adalah waktu yang dibutuhkan untuk satu siklus amplitudo,satuan periode adalah detik.
Oktave band
Oktave band adalah kelompok-kelompok frekuensi tertentu dari suara yang dapat didengar dengan baik oleh manusia. Distribusi & frekuensi-frekuensi puncak suara meliputi Frekuensi : 31,5 Hz – 63 Hz- 125 Hz – 250 Hz-500 Hz- 1000 Hz-2kHz-4 kHz- 8 kHz-16 kHz.
Frekuensi bandwidth
Frekuensi bandwidth dipergunakan untuk pengukuran suara di Indonesia.
Pure tune
Pure tone adalah gelombang suara yang terdiri yang terdiri hanya satu jenis amplitudo dan satu jenis frekuensi
Loudness
Loudness adalah persepsi pendengaran terhadap suara pada amplitudo tertentu satuannya Phon. 1 Phon setara 40 dB pada frekuensi 1000 Hz
Kekuatan suara
Kekuatan suara satuan dari total energi yang dipancarkan oleh suara per satuan waktu.
Tekanan suara
Tekanan suara adalah satuan daya tekanan suara per satuan
Sumber Kebisingan
Di tempat kerja disadari maupun tidak, cukup banyak fakta yang menunjukkan bahwa perusahaan beserta aktivitas-aktivitasnya ikut menciptakan dan menambah keparahan tingkat bising di tempat kerja,misalnya (Tigor, 2005):
- mengoperasikan mesin-mesin produksi “ribut” yang sudah cukup tua;
- terlalu sering mengoperasikan mesin-mesin kerja pada kapasitas kerja cukup tinggi dalam periode operasi cukup panjang;
- sistem perawatan dan perbaikan mesin-mesin produksi ala kadarnya misalnya mesin diperbaiki hanya pada saat mesin mengalami kerusakan parah;
- melakukan modifikasi/ perubahan/penggantian secara parsial pada komponen-komponen mesin produksi tanpa mengindahkan kaidah-kaidah yang benar,
- termasuk menggunakan komponen-komponen mesin tiruan, dimana pemasangan dan peletakan komponen-komponen mesin secara tidak tepat (terbalik atau tidak rapat/longgar), terutama pada bagian penghubung antara modul mesin (bad connection).
- Penggunaan alat-alat yang tidak sesuai dengan fungsinya, misalnya menggunakan palu (hammer)/alat pemukul sebagai alat pembengkok benda-benda metal atau alat barntu pembuka baut.
Aktivitas di tempat kerja yang membuat pekerja harus berhadapan dengan kebisingan memiliki intensitas cukup besar. Misalnya, berada dalan high noise areas dapat mengakibatkan gangguan atau kerusakan pendengaran pada pekerja. Gangguan pendengaran secara permanen dapat juga disebabkan karena pekeda terlalu sering dan dalam periode waktu yang cukup lama di daiam situasi kerja yang bising, walaupun mungkin intensitasnya tidak terlalu besar.
Dampak Kebisingan
Bising merupakan suara atau bunyi yang mengganggu. Bising dapat menyebabkan berbagai gangguan seperti gangguan fisiologis, gangguan psikologis, gangguan komunikasi dan ketulian. Ada yang menggolongkan gangguannya berupa gangguan auditory, misalnya gangguan terhadap pendengaran dan gangguan non auditory seperti gangguan komunikasi, ancaman bahaya keselamatan, menurunya performa kerja, stres dan kelelahan. Lebih rinci dampak kebisingan terhadap kesehatan pekerja dijelaskan sebagai berikut:
Gangguan Fisiologis
Pada umumnya, bising bernada tinggi sangat mengganggu, apalagi bila terputus-putus atau yang datangnya tiba-tiba. Gangguan dapat berupa peningkatan tekanan darah (+ 10 mmHg), peningkatan nadi, konstriksi pembuluh darah perifer terutama pada tangan dan kaki, serta dapat menyebabkan pucat dan gangguan sensoris. Bising dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan pusing/sakit kepala. Hal ini disebabkan bising dapat merangsang situasi reseptor vestibular dalam telinga dalam yang akan rnenimbulkan evek pusing/vertigo. Perasaan mual,susah tidur dan sesak nafas disebabkan oleh rangsangan bising terhadap sistem saraf, keseimbangan organ, kelenjar endokrin, tekanan darah, sistern pencernaan dan keseimbangan elektrolit.
Gangguan Psikologis
Gangguan psikologis dapat berupa rasa tidak nyaman, kurang konsentrasi, susah tidur, dan cepat marah. Bila kebisingan diterima dalam waktu lama dapat menyebabkan penyakit psikosomatik berupa gastritis, jantung. stres, kelelahan dan lain-lain.
Gangguan Komunikasi
Gangguan komunikasi biasanya disebabkan masking effect (bunyi yang menutupi pendengaran yang kurang jelas) atau gangguan kejelasan suara. Komunikasi pembicaraan harus dilakukan dengan cata berteriak. Gangguan ini menyebabkan terganggunya pekerjaan, sampai pada kemungkinan terjadinya kesalahan karena tidak mendengar isyarat atau tanda bahaya. Gangguan komunikasi ini secara tidak langsung membahayakan keselamatan seseorang.
Gangguan Keseimbangan
Bising yang sangat tinggi dapat menyebabkan kesan berjalan di ruang angkasa atau melayang, yang dapat menimbulkan gangguan fisiologis berupa kepala pusing (vertigo) atau mual-mual.
Efek pada pendengaran
Pengaruh utama dari bising pada kesehatan adalah kerusakan pada indera pendengaran, yang menyebabkan tuli progresif dan efek ini telah diketahui dan diterima secara umum dari zaman dulu. Mula-muia efek bising pada pendengaran adalah sementara dan pemulihan terjadi secara cepat sesudah pekerjaan di area bising dihentikan. Akan tetapi apabila bekerja terus-menerus di area bising maka akan terjadi tuli menetap dan tidak dapat normal kembali, biasanya dimulai pada frekuensi 4000 Hz dan kemudian makin meluas ke frekuensi sekitarnya dan akhimya mengenai frekuensi yarlg biasanya digunakan untuk percakapan.
Secara spesifik, dampak kebisingan yang berlebihan dapat menimbulkan pengaruh pada:
Telinga
Kerusakan pennanen pada sel-sel rambut di dalam cochlea mengakibatkan: penurunan kemampuan mendengar ( kehilangan pendengaran karena kebisingan) atau (Noise Induced Hearing Loss); tinnitus (berdenging di dalam telinga); pergeseran ambang pendengaran dengan meningkatnya kesulitan mendengar, khususnya semakin kentara di ruang yang gaduh.
Perilaku
kehilangan konsentrasi, kehilangan keseimbangan dan disorientasi (berkaitan dengan pengaruh kebisingan pada cairan di dalam saluran semisirkular telinga dalam); kelelahan.
Kebisingan dapat menyebabkan dua jenis gangguan pada manusia( Tigor, 2005) yaitu:
Dampak Auditorial
Dampak auditorial cukup banyak jenisnya dengan tingkat keparahan yang beragam, mulai bersifat sementara dan dapat disembuhkan/sembuh dengan sendirinya (temporary threshold shift atau TTS) hingga permanen (permanent threshold shift atatt PTS)
Dalam istilah kedokteran, salah satu jenis dampak auditorial yang cukup terkenal adalah Tinitus. Tinitus terjadi karena durasi kontak antara telinga dengan kebisingan terlalu lama yang akhirnya bagian dalam telinga mengalami iritasi.
Dampak auditorial juga dapat diklasifikasikan berdasarkan letak atau posisi gangguan pendengaran pada sistem pendengaran manusia. Untuk menentukan apakah seorang pekerja mengalami dampak tersebut. harus dilakukan analisis terhadap hasil audiometric test (konduksi udara dan konduksi tulang)” Dikenal tiga jenis gangguan (hearing loss) yaitu:
Conductive hearing loss
Jenis gangguan ini diklasifikasikan sebagai masalah mekanis (mechanical hearing loss) karena menyerang bagian luar dan tengah telinga pekerja, tepatnya selaput gending telinga dan ketiga tulang utama(hammer, anfi, dan stiruup) menjadi sulit atau tidak bisa bergetar. Akibatnya, pekerja menjadi agak sulit mendengar.
Sensorineural hearing loss
Sesuai dengan namanya, sensorineural hearing Ioss diklasifikasikan sebagai masalah padi sistem sensor, dan bukan masalah mekinis. Berbeda dengan conductive hearing loss yang disebabkan oleh ketidakberesan pada bagian luar dan tengah telinga, sensorineural hearing loss disebabkan ketidakberesan pada bagian dalam telinga, khususnya cochiea. Tingkat keparahan sensorineural hearing loss cukup beragam, mulai ringan hingga serius, namun umumnya bersifat permanen.
Mixed hearing loss
Jika kedua threshold konduksi menunjukkan adanya kehilangan/gangguan pendengaran, namun porsi kehilangan lebih besar pada konduksi udara.
Dampak non-auditorial
Selain menimbulkan dampak negatif (permanen atau sementara) terhadap sistem pendengaran, kebisingan juga dapat mengganggu:
Sistem keseimbangan Cardiovasculer
Tekanan darah menjadi naik, denyut jantung meningkat (secara visual dapat dilihat dari cara seseorang bernafas yang semakin cepat dan mudah terengah-engah saat bekerja di tempat bising).
Kualitas tidur (noise induced sleep)
Tingkat gangguan tidur sangat bervariasi pada setiap orang, mulai dari ringan hingga berat, misalnya sering terbangun tanpa sebab yang jelas, tidak tenang/sering berpindah posisi tidur/frekuensi gerakan tubuh cukup tinggi, perubahan pada gerakan mata (rapid eye movement). Kondisi kejiwaan pekerja (stress)
Pengukuran Kebisingan
Satuan Pengukuran
Pengukuran kebisingan dapat didasari pada’tingkat daya bunyi” atau “tingkat tekanan bunyi”. Tingkat daya bunyi adalah total daya bunyi yang dipancarkan dari suatu benda dan digunakan dalam pengukuran kebisingan komunitas, sedangkan tingkat tekanan bunyi adalah tingkat kebisingan pada titik pengukuran dan merupakan pengukuran tingkat kebisingan yang lebih umum digunakan di tempat kerja.
Satuan pengukuran kebisingan adalah desibel, ditulis dB. Desibel adalah rasio tingkat kebisingan yang terukur dengan tingkat kebisingan minimum yang dapat dideteksi. Diukur dalam skala logaritma. Telinga tidak menafsirkan kebisingan secara ilmiah namun bervariasi menurut frekuensinya. Instrumen-instrumen untuk rnengukur kebisingan di tempat kerja memiliki skala pengukuran yang dimodifikasi (berbobot “A”) agar cocok dengan karakteristik pendengaran telinga, oleh karenanya, satuan kebisingan ditempat kerja adalah dB(A). Penilaian lainnya berlaku untuk aplikasi tertentu.
Alat Pengukuran Bising
Alat ukur kebisingan adalah alat yang digunakan antuk mengukur tingkat kebisingan dan memiliki tiga jenis dasar:
- Alat ukur keperluan umum: relatif murah; cukup akurat untuk mengidentifikasi area yang bermasalah dengan kebisingan
- Instrumen kualitas l: memberikan pembacaan teliti yang dapat digunakan dalam tindakan pengendalian kebisingan; bisa mengikutsertakan fasilitas untuk menganalisis pita gelombang (band analysis) dan memadukan tingkat eksposur; cukup mahal namun dibutuhkan jika pengukuran kebisingan secara teratur perlu dilakukan.
- Instrumen presisi (precision instrument): mengukur sejumlah fungsi-fungsi kebisingan; memberikan pembacaan yang sangat teliti; kerap disambungkan ke instrumen pencatat yang mengukur tingkat kebisingan dalam satu periode waktu; sangat mahal dan memerlukan keahlian khusus untuk menggunakannya.
Alat-alat yang digunakan untuk mengukur kebisingan antara lain:
- Noise Dosimeter diperlukan untuk mengukur eksposur terhadap kebisingan harian berupa instrumen kecil yang dikenakan oleh pekerja. Alat ini terdiri atas alat pencatat kecil dan mikrofon yang disematkan pada kerah baju di dekat telinga digunakan untuk mengukur dan mencatat tingkat kebisinngan setiap menit dalam satu giliran-keria. Instrumen sederhana yang memadukan pembacaan untuk memberikan pemajanan bising harian sedangkan instrumen yang lebih rumit yang memungkinkan analisis rekaman data yang lebih rinci. Proses analisis mernbutuhkan perangkat-lunak komputer dan pemeta (plotter) data yang cocok (sangat mahal; alat yang sangat khusus yang sebaiknya dipercayakan kepada ahlinya). Alat ini merupakan satu-satunya metode yang benar-benar teliti untuk mengukur pemajanan bising personal harian.
- Sound Level Meter: merupakan sebuah alat yang digunakan untuk mengukur kebisingan suatu area. Alat ini mampu untuk mengukur bising secara langsung (direct) dan mampu merekamnya untuk melihat kecenderungan bising dalam suatu satuan waktu.
- Audiometer: adalah peralatan elekhonik untuk menguji pendengaran. Audiometer diperlukan untuk mengukur ketajaman pendengaran seseorang yang digunakan untuk mengukur ambang pendengaran dan mengindikasikan kehilangan pendengaran. Pembacaan dapat dilakukan secara manual atau otomatis yang bisa digunakan untuk mencatat kemampuan pendengaran di setiap telinga pada deret frekuensi yang berbeda, menghasilkan audiogram (grafik ambang pendengaran untuk masing-masing telinga pada suatu rentang frekuensi). Pengujian perlu dilakukan di dalam ruangan kedap bunyi namun di ruang yang hening pun hasilnya memuaskan. Alat ini berbiaya sedang namun dibutuhkan hanya jika kebisingan merupakan masalah atau kejadian yang terus-menerus, atau selain itu dapat menggunakan fasilitas di rumah sakit setempat.
Nilai Ambang Batas Kebisingan atau Standar Kebisingan
Nilai ambang batas adalah standar factor bahaya di tempat kerja sebagai kadar/intensitas rata-rata tertimbang waktu (time weighted average) yang dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan, daam pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu. Itulah pengertian nilai ambang batas menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 5 Tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja.
Nilai ambang batas kebisingan berdasarkan Permenaker 5 Tahun 2018 bisa dilihat dalam tabel di bawah ini:
No | Waktu Pemaparan Per Hari | Unit | Intensitas Kebisingan dalam dBA |
---|---|---|---|
1 | 8 | Jam | 85 |
2 | 4 | Jam | 88 |
3 | 2 | Jam | 91 |
4 | 1 | Jam | 94 |
5 | 30 | Menit | 97 |
6 | 15 | Menit | 100 |
7 | 7.5 | Menit | 103 |
8 | 3.75 | Menit | 106 |
9 | 1.88 | Menit | 109 |
10 | 0.94 | Menit | 112 |
11 | 28.12 | Detik | 115 |
12 | 14.06 | Detik | 118 |
13 | 7.03 | Detik | 121 |
14 | 3.52 | Detik | 124 |
15 | 1.76 | Detik | 127 |
16 | 0.88 | Detik | 130 |
17 | 0.44 | Detik | 133 |
18 | 0.22 | Detik | 136 |
19 | 0.11 | Detik | 139 |
Download Tabel NAB Kebisingan Berdasarkan Permenaker 5 Tahun 2018
Pada tabel tersebut, kita bisa memahami bahwa jika ada pekerjaan dilakukan 8 jam maka kebisingan maksimum sebuah alat adalah 85 dbA. Jika pekerjaan hanya 4 jam, maka bising 88 dbA, dan seterusnya berdasarkan tabel di atas
Pengendalian Kebisingan
lmplementasi prinsip administrasi secara ketat tentang batas waktu maksimum (T) yang diperkenankan bagi pekerja tanpa alat pelindung pendengaran, misalnya dengan menggunakan standar formula yang telah ditetapkan oleh NIOSH, sangat sulit dilaksanakan di lapangan. Hampir tidak mungkin bagi seorang pekerja untuk meninggalkan tempat kerjanya saat batas waktu untuk berhadapan dengan kebisingan hampir terlewati sententara pekerjaan itu sendiri belum selesai dilaksanakan. Karena itu, demi kepentingan pekerja dan pekerjaan, sudah serwajarnya jika penerapan prinsip pengendalian bahaya kelima, yaitu alat perlindungan personal (Personal Protective Equipment) untuk pendengaran digunakan di tempat yang mengandung bahaya kebisingan.
Mengurangi sumber bising adalah cara yang paling efektif untuk mencegah risiko ke pekerja, dan harus selalu nrerrjadi pertimbangan ketika alat-alat perlengkapan pekeriaan yang baru atau merencanakan ternpat kerja yang baru.
Pengendalian kebisingan dapat menggunakan prinsip hierarki pengendalian risiko:
- Eliminasi : Menghilangkan sumber suara sama sekali
- Substitusi : Mengganti alat yang bising dengan alat yang lebih tidak bising
- Engineering control : melakukan cleaning, lubrication, inspection and tightening untuk memastikan gesekan antar bagian alat bisa lebih berkurang; penempatan pekerja di kabin kedap bunyi, melapisi tembok dengan lapisan penyerap bising, menggunakan dudukan penahan getaran (vibration mount), memasang pembungkam bunyi (silencer) pada keluaran silinder saluran udara dan pompa vakum, mengarahkan lubang keluar ventilasi menjauh dari area kerja dan perumahan yang bersebelahan, mengubah tata letak pekerja, menutup besin dengan rapat agar bising tidak keluar.
- Administrative control : memasang rambu-rambu peringatan, membuat prosedur untuk pengendalian bising, mengurangi waktu kerja di area bising, memberlakukan work rotation untuk menghindari pekerja terpapar terus menerus, melakukan pemeriksaan rutin terkait dengan kebisingan
- Alat pelindung diri : Menggunakan ear plug atau ear muff.
Referensi:
- Tigor S.B.T., 2005. Kebisingan di Tempat Kerja, Yogyakarta. penerbit ANDI
- Schenk C., Decker C., Gruber H., 200g. Noise: Identification and Evaluation of Hazards. Germany. www.issa.int.
- European Week for Safety and Health at Work, 2005. Prevention of risks from occupational noise in practice. Spain . http://europa.eu.int
- Concha-Barrientos M., Campbell-Lendrum D., Steenland K., 2004. Occupational Noise. Geneva, WHO.
- European Agency for Safety and Health at Work, 2005. Noise prevention Introduction. http:.llosha. europa. eu/enltop ics/noi se/indexhtm/intro ht ml
- Ridley 1., 2004. Ikhtisar Kesehatsn dan Keselamatan Kerja. Edisi ketiga, Jakarta, penerbit Erlangga.
- Audiometer, http://id.wikipedia.org/wiki/Audiometer McCammon C., NIOSH Health
- Hazard Evaluation,OSHA, Colorado, wlnr.OSHA.gov
- Luxson, M., Darlina, S., & Malaka, T. (2010). Kebisingan di Tempat Kerja. Jurnal Kesehatan Bina Husada Vol.2, 75-85.
- NIHL, 2008. NIDCD Information Clearing house, http://www.nidcd.nih. qov
- Meyer J.D., McCunney R.J., 2003. A practical Approach to Occupational and Environrnental Medicine. Third Edition. philadelphia. Lippincott Williams and Wilkins
- KepMenKes RI No. 1405 Tahun 2002. Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja, perkantoran dan Jndustri”. Jakarta.
- Kepmen Tenaga Keria No. 51 Tahun 1999, Nilai Ambang Batas Faktor Fisik Di Tewpat Kerja. Jakarta.