Tantangan Penerbangan dan Daftar Maskapai Penerbangan Aman Indonesia
Indonesia adalah sebuah Negara yang memiliki lebih dari 17.000 pulau dengan lebih dari 250 juta penduduk. Kondisi tersebut ditambah dengan pertumbuhan ekonomi rata-rata 6% setiap tahunnya, mampu membuat Indonesia menjadi sebuah Negara dengan salah satu pertumbuhan pasar tercepat untuk pesawat komersial dengan lebih dari 600 pesawat sedang dalam tahap pemesanan.
Namun, peluang untuk penerbangan Indonesia tersebut harus berhadapan dengan ancaman keselamatan penerbangan Indonesia yang masih sangat rendah. Berikut fakta-fakta keselamatan penerbangan Indonesia:
- Tim dari Perserikatan Bangsa-bangsa pada bulan Mei 2014 lalu memberikan skor 61 untuk keselamatan penerbangan Indonesia. Skor ini bahkan lebih buruk daripada Myanmar dan Laos
- Tingkat kematian penumpang akibat kecelakaan pesawat di Indonesia adalah 1 per 1 juta penumpang pesawat dalam 1 dekade terakhir. Nilai ini 25 kali lebih besar daripada nilai yang dicatatkan Amerika Serikat
- Indonesia punya catatan panjang sebagai Negara berkembang yang hampir selalu berada pada peringkat atas pada tingkat masalah penerbangan. Reputasi ini dibangun karena lemahnya praktek keselamatan penerbangan, rendahnya jumlah pilot berpengalaman, banyaknya pegunungan yang mendatangkan bahaya untuk penerbangan rendah dan meledaknya jumlah maskapai penerbangan karena peningkatan ekonomi
- Indonesia masuk kedalam 9 negara yang tercatat gagal dalam penilaian keselamatan penerbangan oleh United States Federal Aviation Administration. ( Negara lainnya adalah Bangladesh, Barbados, Curaçao, Ghana, India, Nicaragua, Saint Martin and Uruguay.)
- Sebuah simbol permasalahan keselamatan penerbangan Indonesia adalah pegunungan dekat Jakarta (Gunung Gede,Pangrango dan Salak) yang terlah menjadi tempat 6 kecelakaan fatal dalam 12 tahun belakangan.
- Perusahaan Asuransi meminta bayaran hampir 2 kali lipat rata-rata harga global untuk maskapai Indonesia karena catatan keselamatan penerbangan yang buruk
- Uni Eropa telah melarang 62 maskapai asal Indonesia untuk mendarat di Eropa lagi-lagi karena keselamatan yang buruk
- Lembaga Pemerintah yang menaungi urusan penerbangan, Direktorat Jenderal Penerbangan Sipil, memiliki masalah “kurangnya staf, sangat tidak berjalan dengan baik dan kurang sumber daya” menurut Roger Mulberge, seorang mantan pilot dan konsultan keselamatan penerbangan. Menurutnya, Direktorat Jenderal Perhubungan Udara sedang membangun batu bata tanpa semen
Gambar 1. Peti Jenazah Pertama Korban Jatuhnya Air Asia QZ8501
Sebagai seorang professional dalam bidang safety, kita kadang diminta untuk memberikan saran untuk memilih maskapai penerbangan yang aman untuk perjalanan dinas. Berdasarkan data dari Civil Aviation authorities of Member States of the European Union tahun 2014, hanya ada 5 maskapai dari 67 maskapai penerbangan Indonesia yang boleh untuk mendaratkan pesawatnya di Eropa dengan pertimbangan keselamatan:
- Garuda Indonesia
- Airfast Indonesia
- Mandala Airlines
- Ekspres Transportasi Antarbenua (Premi Air)
- Indonesia Air Asia
Selengkapnya tentang laporan dari Civil Aviation authorities of Member States of the European Union bisa diklik di link ini.
Jika dicermati, terdapat nama Air Asia yang pesawatnya jatuh baru-baru ini. Mungkin ada yang heran kenapa maskapai yang sudah lolos standar keselamatan Eropa bisa jatuh. Logika yang harus dipakai adalah “Maskapai yang standar keselamatannya tinggi saja bisa jatuh, apalagi maskapai yang keselamatannya kurang”.
Sebagai professional K3, kita tentu paham bahwa perusaan yang sudah memiliki standar keselamatan kerja baik akan jauh lebih banyak belajar apabila ada kecelakaan daripada perusahaan yang standarnya masih kurang. Malah perusahaan yang standarnya kurang kadang terlalu percaya diri bahwa tidak akan ada kecelakaan di perusahaannya.
Tak lupa saya sampaikan doa kepada para sanak keluarga penumpang pesawat Air Asia QZ8501 agar tetap tabah dan semoga ini adalah kecelakaan penerbangan terakhir di Indonesia.
Referensi
Fuller, T., & Bradsher, K. (2014, 12 31). Asia Pasific. Retrieved 12 31, 2014, from NYTimes: http://www.nytimes.com/2015/01/01/world/asia/airasia-flight-8501-indonesia-airline-safety.html