Artikel Tamu K3Berita Kecelakaan KerjaUncategorized

Kecelakaan di Perempatan Rapak, Apa Pelajarannya ?

Kecelakaan di Perempatan Rapak, Pelajaran Apa Yang Bisa Kita Ambil

Latar Belakang Kecelakaan di Perempatan Rapak

Terjadi Kecelakaan maut di Balikpapan, Kalimantan Timur (Kaltim) dimana truk tronton menyeruduk sejumlah pengendara di turunan Simpang Rapak, Jalan Soekarno Hatta berakhir tragis. 4 Orang korban tewas dan 30 orang luka berat hingga ringan akibat peristiwa nahas ini.

Polisi melaporkan truk tronton yang dikendarai oleh sopir bernama M Ali (47) mengalami rem blong. Sopir M Ali yang langsung diamankan sesaat setelah kejadian ditetapkan menjadi tersangka.

Dikutip dari Detik, Kecelakaan Balikpapan turut terekam kamera pengawas atau CCTV yang menunjukkan detik-detik bagaimana kecelakaan mengerikan itu terjadi.

Dalam video yang beredar, Jumat (21/1), terlihat sejumlah pengendara roda dua hingga roda empat memenuhi lajur kanan dan kiri di lampu merah turunan Simpang Rapak, Jalan Soekarno Hatta, sekitar pukul 06.15 Wita.

Saat para pengendara masih antre di lampu merah tersebut, seketika datang truk tronton melaju tidak normal dari arah belakang. Truk yang melaju tanpa kendali itu langsung menabrak sejumlah pengendara mobil dan motor yang ada di belakangnya hingga kendaraan-kendaraan nahas tersebut berserakan di Simpang Muara Rapak.

Jumat (22/1) sekitar pukul 15.00 Wita polisi kembali memberi data terbaru korban luka menjadi 30 orang yang dirawat di 6 rumah sakit berbeda.


“Rincian terbaru sampai tadi 15.00 Wita, meninggal dunia itu ada 4 orang, yang luka berat ada 4 orang yang luka ringan ada 26 orang (total korban luka 30 orang),” kata Kabid Humas Polda Kaltim Kombes Yusuf Sutejo.

Ilustrasi Truck Via Pexels – Kecelakaan di perempatan Rapak

Melihat imbas yang sangat parah dari kejadian ini, Saya berkonsultasi dengan beberapa rekan saya, praktisi berpengalaman dalam bidang K3 Transportasi: Pak Azis dan Pak Herman Karim.

Pak Azis adalah rekan saya di grup HSE Indonesia yang merupakan mantan profesional HSE berpengalaman di industri transportasi,logistic dan kendaraan pengangkut berat. Saya dan rekan-rekan di grup HSE Indonesia dulu lebih mengenal dengan panggilan “Azis Toink”. Pak Azis ini sangat santai dan humoris dalam sharing ilmunya. Beliau punya pengalaman panjang di bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) utamanya di bidang transportasi dan logistik. Yang tertarik belajar lebih jauh mengenai hal ini bisa kontak Pak Azis di sini.

Baca Juga: Pentingnya Penerapan Budaya K3 Bagi Semua Pihak

Pak Herman Karim adalah senior yang terkenal dalam bidang K3 dan berdomisili di Balikpapan. Beliau juga Tim Pendiri PTK4I (Perkumpulan Tenaga Keselamatan dan Kesehatan Kerja Kompeten Indonesia), sebuah perkumpulan tenaga kerja K3 kompeten yang sangat concern kepada penerapan dan penilaian budaya K3. Perkumpulan ini memiliki visi dan misi untuk menerapkan K3 sebagai Budaya yang Unggul di Indonesia. PTK4I adalah wadah untuk memberikan kontribusi kepada masyarakat dan Industri di bidang K3, maupun Pemerintah sesuai dengan keahlian yang dimiliki oleh masing-masing  anggota.

Note: Beberapa jawaban disesuaikan bahasa dan intonasinya agar memenuhi standar artikel di Katigaku.

Menurut Master Herman

Ya, benar, bro. Kecelakaan yang sama sudah sering terjadi ditempat yang sama. Pengereman truck besar Tronton pakai service brake atau rem kaki tidak akan berfungsi pada penurunan yang panjang.

Ada beberapa jenis auxiliary brake systems pada truck Tronton besar. Ada engine brake, exhaust brake dan retarded brake system pada transmission hydraulics.  Pada pelatihan DDT atau defensive driving training untuk pertambangan materi ini dibahas secara tuntas. Mungkin, bisa saja materi ini nanti akan diadakan secara gratis dari PTK4I dalam kaitannya dengan program CSR kami.

Menurut Master Azis

Walaupun kita tidak bisa menduga-duga karena ada pihak yang lebih berkompeten (untuk kejadian kecelakaan di perempatan rapak) ini yaitu KNKT.

Dari hasil berita di lapangan dan keterangan kepolisian, kendaraan tersebut mengalami Rem Blong, harusnya di ambil track (record) dari 3 hari sebelum kejadian ada 3 yang harus di investigasi :

1. Driver/Pengemudi

2. Vehicle/Kendaraan

3. JMP (Journey Management Plan) /Rute Pengiriman kendaraan.

Yuk. kita bahas satu-satu. Hal yang pertama adalah driver : Pertanyaan-pertanyaan pertama dalam menyelidiki kecelakaan transportasi antara lain:

  • Apakah driver tersebut dalam keadaan fit sebelum melakukan pengiriman??
  • Apakah saat kejadian mengalami kelelahan/ fatigue??
  • Lalu apakah lisensi driver sesuai dengan kendaraan yang dibawa?? Apakah driver tersebut tidak menggunakan hp saat berkendara??
  • Apakah driver tersebut sudah pernah mendapat Training DDT??

Semua hal ini akan menjawab sampai di mana kompetensi driver tersebut, sehingga bisa terlihat benang merahnya. Semua driver sudah tau resiko dalam mengemudi sehingga paham cuma apakah awareness driver selalu di ingatkan oleh pengurus kendaraan??

Hal yang kedua adalah kendaraan : di daerah bagian timur seperti Sulawesi dan Kalimantan, pengangkutan container 20 feet menggunakan truk tronton padahal tidak sesuai peruntukkannya, harusnya menggunakan trailer, sehingga bobot muatan terpenuhi. (Menurut informasi) karena saat kejadian Truck Tronton dengan muatan container 20 feet dengan berat 20 Ton, kontur jalan yang menurun pastinya (mengakibatkan) ada gaya dorong sehingga menyebabkan momentum kendaraan saat melakukan pengereman rem tidak berfungsi maksimal.

(Bisa jadi) bukan rem blong, karena kalau rem blong pasti nya kendaraan tersebut sudah menabrak sebelum kejadian. Pertanyaanya adalah apakah sebelum menjalankan kendaraan sudah dilakukan pre-check Kendaraan?? Karena, metode ini sangat penting untuk mengetahui kelayakan kendaraan sebelum jalan.

Di beberapa perusahaan transportasi besar, pemeriksaan kendaraan sebelum berjalan sangat menjadi kewajiban. Mereka (bahkan) punya petugas P2H ( petugas pemeriksaan harian kendaraan). Tugasnya adalah memastikan kendaraan tersebut layak di jalan sesuai SOP (Standar Operational Procedure) pengecekan kendaraan. (Namun) bagi perusahaan kecil, apakah ada pengecekan kendaraan?

Padahal driver secara harfiah tahu bahwa kendaraan harus dicek sebelum berkendara. Hanya, saat melakukan pengecekan terdapat kondisi abnormal, (kadang) mereka mengganggap hal biasa jadi tidak perlu perbaikan. Contoh kecil: baut roda kendor satu, harus langsung dikencangkan dengan alat pengencang baut roda, tapi mereka berfikir masih roda yang lain jadi tidak usah dikencangkan padahal baut roda yang kendor itu bisa memicu ketahanan baut roda yang lain sehingga akhirnya ban bisa terlepas, makanya perlunya pelatihan tentang pengecekan kendaraan.

Trus, pertanyaan yang mengelitik dalam benak saya, kendaraan tersebut kan punya dokumen KEUR yang divalidasi oleh uji KEUR (Uji Kir).

Berapa berat muatan yang di peruntukkan? Apakah pengurus/empunya kendaraan memahami bahwa muatan di atas KEUR tidak diperbolehkan? Berarti ini melanggar dan banyak juga perusahaan melanggar padahal pemerintah sudah menerapkan ODOL (over dimension dan over loading), jangan hanya karena mengejar keuntungan keselamatan diabaikan.

Kita tahu bahwa penyebab kecelakaan Transportasi ada 3 hal :

1. Manusia. Biasanya Human Error (80%)

2. Kendaraan

3. Lingkungan

Baca Artikel Terkait:

Tread wear Indicator, Batas Aman Penggunaan Ban

Apa yang Bisa Dipelajari Dari Kecelakaan di Apotek Senopati?

4A Untuk Menghindari Kecelakaan di Perempatan Rapak

Saya pernah mendapat training DDT dari salah satu produsen mobil Jepang terkenal, lanjut Pak Azis. Bahwa jangan pernah menyalahkan driver saat kecelakaan. Kenapa?  Apakah perusahaan sudah merekrut driver sesuai standar? Lalu, kewajiban perusahaan memberikan edukasi, training kepada pengemudi sudah dijalankan? Artinya driver disini wajib mendapatkan edukasi, training tentang risiko berkendara, (sayangnya) banyak perusahan abai akan hal itu.

Artinya perusahaan wajib memberikan training kepada para pengemudinya tentang resiko berkendara, pengemudi harus tahu tentang 4A yaitu :

1. Awareness/ Kesadaran

2 Alertness/ Kewaspadaan

3. Attitude/ Sikap

4. Anticipation/ Antisipasi

Ini prinsip yang harus di punya pengemudi

Bingung, Bro ? Hehehehe

Kita jelaskan satu persatu :

Awareness adalah pengemudi harus selalu berkesadaran penuh setiap mengemudi, wajib membuat rute perjalanan yang efisien, efektif dan berkeselamatan (nanti di bahas terakhir di JMP).

Alertness adalah pengemudi harus selalu waspada, dan berkonsentrasi penuh saat berkendara, fokus agar dapat menjaga situasi dan kondisi perjalanan dalam keadaan terukur dengan tingkat resiko yang rendah.

Attitude adalah harus selalu bersikap positif, tidak emosi, mematuhi aturan berkendara, taat kepada aturan berkendara, mementingkan pengguna jalan yang lain, tidak egois, mempunyai tanggung jawab sosial yang besar.

Anticipation adalah selalu dalam keadaan sehat mental dan fisik agar dapat merespon dan bereaksi dengan benar

Hal yang terakhir adalah JMP (journey management plan) /rencana perjalanan, perusahaan harus menilai risiko perjalanan sebelum truk dikirimkan agar resiko berkendara bisa diminimalisir, hal ini menjelaskan potensi resiko dan bahaya saat melakukan pengiriman diantaranya : jalan, cuaca, lingkungan, rute asing, dll

Bahkan di JMP/RRA ada gambar rute yang akan dilewati, potensi bahaya, resiko, serta pengendaliannya.

Jarak tempuh rute utama (authorized), jarak tempuh rute alternatif, tempat istirahat, batas kecepatan, cuaca, view point, traffic, frekuensi kecelakaan, emergency kontak (RS, polisi, Ambulance, PIC perusahaan) kemudian di mapping.

Sehingga pada saat pengiriman, tidak akan ada kendala karena driver memahami rute yang akan dilalui. Di dalam JMP akan diinformasikan daerah-daerah rawan kecelakaan/black spot, biasanya ditandai dengan sign tengkorak, dll

Jadi stoplah menyalahkan driver, manajemen juga bersalah dalam hal ini, makanya diperlukan kerja sama yang baik antara driver, perusahaan, customer agar pengiriman muatan berjalan dengan aman, nyaman dan tepat waktu.

Pesan dari saya adalah :

Seluruh pengemudi harus mempunyai prinsip 4A tersebut sehingga dunia transportasi berjalan dengan baik dan tanpa kecelakaan,

“Saya tidak akan mengalami tabrakan, Saya tidak akan menyebabkan tabrakan, Saya tidak akan menjadi korban AT240122”

Temuan dari KNKT

Dijelaskan oleh Senior Investigator KNKT, Achmad Wildan, kecelakaan yang terjadi di Balikpapan (Kecelakaan di perempatan rapak) dipastikan terjadi akibat kasus angin tekor, yang mengakibatkan rem truk tersebut tidak berfungsi.

Dari hasil investigasi, Wildan menjabarkan ada tiga temuan yang berhasil dikulik dari pengakuan sopir truk tersebut.

“(Kejadian truk kecelakaan) di Balikpapan akan saya sampaikan faktualnya. Pertama, pengemudi pada saat masuk turunan itu menggunakan gigi empat. Sekalipun (dia) ngomong sehabis itu dia masuk gigi tiga, saya tidak percaya. Karena saya kan pengemudi juga, saya asesor kompetensi pengemudi, jadi saya paham betapa sulitnya memindahkan gigi ketika di turunan dalam kondisi pedal kopling nggak bisa diinjak,” buka Wildan di Purwakarta, Dikutip dari Detik Oto.

“Kemudian pengemudi menjelaskan, jarum RPM menunjuk angka 5, pedal rem keras. Oke, berarti di sini masalahnya angin tekor. Saya minta tim investigator ngecek, coba cek gap atau celah kampas dengan rem, ketemu, (ada gap) lebih dari 2 mm,” lanjut Wildan.

Selain dua temuan tersebut, temuan lain tim KNKT adalah klakson telolet yang dipasang pada truk tersebut. Klakson telolet itu menggunakan angin dari tabung yang sama dengan tabung angin untuk kebutuhan rem.

Modifikasi klakson telolet tersebut sejatinya tidak dibenarkan, jika sumber udara pada klakson itu disatukan dengan sumber udara pada sistem pengereman. Seharusnya, klakson itu menggunakan tabung angin sendiri sehingga kebutuhan udara untuk sistem pengereman selalu terjaga.

“Apalagi temuannya? Dipasang klakson telolet. Nah di situ, dua titik tadi itu menunjukkan dia boros (angin). Karena pada saat dia turun, pengemudi itu nggak sempat ngisi (angin),” jelas Wildan.

“Jadi gini, celah rem, kampas dengan tromol sama klakson telolet, itu ketika beroperasi di jalan mendatar nggak masalah. Karena buang angin, nanti diisi lagi, kan ngegas terus. Tapi pada saat jalan turun, nggak akan punya kesempatan ngisi (angin). Hanya buang aja. Begitu buang tanpa ngisi, saya yakin dua tiga kali injekan, dua tiga kali nglakson selesai. Dia nggak bisa lagi nginjak pedal rem. Nah itulah kasus yang terjadi di Balikpapan. Jadi kasusnya adalah angin tekor,” katanya lagi.

“Namun intinya adalah bahwa kita harus memberikan edukasi kepada pengemudi. Kalau di jalan menurun, jangan gunakan gigi tinggi, jangan ngerem pakai service brake karena akan ketemu tiga hal. Kalau kondisi kendaraan bagus semua akan ketemu brake fading. Kalau ketemu gap kampas dan remnya renggang, ketemu angin tekor. Kalau misalkan remnya ada kandungan air, akan ketemu vapor lock. Tiga-tiganya (bikin) rem blong,” jelasnya.

Demikian sisi lain dari pendapat para praktisi K3 Transportasi untuk kecelakaan di perempatan rapak Balikpapan ini. Semoga artikel ini bermanfaat, dan Kejadian serupa tidak terulang kembali.

Luki Tantra

Trainer & Asesor Sertifikasi BNSP

Senior Advisor di Tenaga Kerja Kompeten Indonesia (TKKI)

Sources

https://oto.detik.com/berita/d-5917969/terungkap-penyebab-kecelakaan-truk-di-balikpapan-salah-satunya-karena-klakson-telolet

https://news.detik.com/berita/d-5909402/12-fakta-tragis-kecelakaan-maut-balikpapan-bikin-sopir-truk-tersangka?single=1

https://www.tribunnews.com/regional/2022/01/22/update-kecelakaan-maut-di-balikpapan-total-36-korban-hingga-sopir-truk-mengaku-bangun-kesiangan?page=all

Baca Tulisan

Luki Tantra

Associate Trainer HSE I Asesor LSP Transafe

2 Comments

  1. Mantap, terima kasih ulasannya Pak Luki.
    Semoga insiden naas di Simpang Rapak jadi pelajaran berharga untuk kita semua …

    1. Terima kasih sekali, Pak Andi.

      Sukses selalu memyebarkan K3 secara umum di Indonesia, Pak Andi.

Back to top button