Artikel Tamu K3Aspek Teknis

Model ADDIE dalam Merancang Pelatihan K3: Studi Kasus Training Forklift

Pelatihan K3 dengan Metode ADDIE

Dalam dunia pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), keberhasilan sebuah program pelatihan sangat bergantung pada bagaimana program tersebut dirancang.

Merancang program pelatihan K3 itu penting lho Safetyzen, karena pelatihan yang efektif dan tepat guna dapat membuat pelatihan ini berdampak. Misalnya membantu meningkatkan kinerja karyawan, meningkatkan produktivitas, dan efisiensi kerja secara keseluruhan. Program pelatihan yang efektif juga dapat meningkatkan retensi karyawan, meningkatkan kepuasan kerja, dan bahkan meningkatkan keuntungan bagi organisasi.

MODEL ADDIE UNTUK PELATIHAN K3

Model Addie

Salah satu model yang paling sering digunakan dan terbukti efektif adalah model ADDIE. Model ADDIE dikembangkan oleh Reiser dan Molenda pada tahun 1967, meskipun ada versi yang lebih awal yang dikembangkan oleh Pusat Teknologi Pendidikan di Universitas Negeri Florida untuk Angkatan Darat AS pada tahun 1975.

ADDIE adalah singkatan dari Analysis, Design, Development, Implementation, dan Evaluation. Model ini memberikan kerangka kerja yang sistematis dan terstruktur, sangat cocok digunakan oleh para instruktur dan personil K3 dalam merancang pelatihan yang efektif dan efisien.

Untuk memperjelas, Penulis coba jelaskan cara menerapkan kelima tahap model ADDIE dalam merancang pelatihan operator forklift, salah satu pelatihan yang penting di berbagai sektor industri mulai dari industri manufaktur hingga Migas

1. Analysis (Analisis)

Tahap pertama adalah mengidentifikasi kebutuhan pelatihan. Dalam konteks pelatihan operator forklift, beberapa pertanyaan yang perlu dijawab antara lain:

  • Apa tujuan pelatihan ini? Pastikan WIIFM terpenuhi, ya
  • Siapa yang membutuhkan pelatihan? Apakah operator baru, atau operator lama yang perlu resertifikasi/relisensi?
  • Risiko K3 apa saja yang terkait dengan pengoperasian forklift?
  • Apa saja regulasi dan standar yang harus dipatuhi (misalnya dari Kemenaker, Permen ESDM NO. 5 tahun 2015, ISO 45001, dsb)?

Pekerjaan ini disebut dengan Training Need Analysis. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa pelatihan perlu mencakup aspek teknis pengoperasian forklift, pemeliharaan harian, serta pengetahuan tentang risiko kecelakaan dan cara menghindarinya.

2. Design (Desain)

Setelah kebutuhan dianalisis, tahap berikutnya adalah merancang struktur pelatihan. Ini meliputi:

  • Tujuan Pembelajaran: Misalnya, “Peserta mampu mengoperasikan forklift dengan aman sesuai prosedur standar K3.”
  • Durasi pelatihan: Misalnya, 3 hari (2 hari teori, 1 hari praktik)
  • Metode pembelajaran: Kombinasi teori di kelas, video simulasi, diskusi kasus kecelakaan forklift, serta praktik langsung.
  • Materi training K3, misalnya:
  1. Dasar-dasar K3
  2. Pengantar forklift (jenis-jenis, fungsi)
  3. Prosedur pemeriksaan harian/ sebelum penggunan (pre use check)
  4. Teknik pengangkatan & penempatan beban
  5. Pengendalian risiko saat bermanuver
  6. Prosedur darurat
  7. Evaluasi akhir

Dalam tahap ini juga disiapkan blueprint training K3 nya termasuk media pelatihan seperti slide, video, lembar kerja praktik, dan kuis evaluasi. Buat rekan rekan yang sudah tersertifikasi instruktur BNSP, tentu saja tidak asing lagi, karena di sinilah kita membuat Propel (Program Pelatihan).

Oh ya, sudah tahu kan, membuat Propelnya sebaiknya sudah harus berbasis kompetensi sesuai dengan Kepdirjen Binalavotas No 2/771/HK.05/III/2023 Tentang Pedoman Penyusunan Program dan Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi, ya

3. Development (Pengembangan)

Di tahap ini, semua rencana yang sudah didesain akan direalisasikan menjadi materi dan media pelatihan. Tim pelatihan K3 akan:

  • Menyusun modul pelatihan dan buku panduan peserta
  • Membuat video demonstrasi penggunaan forklift yang aman
  • Menyiapkan soal pre-test dan post-test
  • Mempersiapkan formulir penilaian praktik lapangan
  • Melengkapi alat bantu pelatihan seperti forklift unit uji, rambu-rambu K3, APD, dan perlengkapan area simulasi

Instruktur juga perlu menyusun Rencana Pembelajaran Harian (RPH) / Lesson Plan / Session Plan agar pelaksanaan training K3 lebih terstruktur dan sesuai waktu.

training k3, pelatiha k3, luki tantra, ADDIE

4. Implementation (Implementasi)

Tahap ini adalah pelaksanaan pelatihan K3 secara langsung. Tahap ini membutuhkan peran instruktur yang sangat krusial. Agar pelatihan berjalan efektif, beberapa hal yang perlu diperhatikan:

  • Pastikan semua Peralatan, bahan dan fasilitas pelatihan sudah siap, termasuk area praktik forklift yang aman dan terisolasi dari area kerja lainnya
  • Peserta mengikuti sesi teori terlebih dahulu, dilanjutkan sesi tanya-jawab. Memastikan bahwa peserta sudah memahami materi sebelum turun ke lapangan untuk praktek.
  • Praktek lapangan dilakukan dengan pengawasan ketat dan evaluasi langsung.
  • Setiap peserta diwajibkan mengetahui bahaya dan resiko dalam praktek pelatihan K3 forklift ini.
  • Setiap peserta diwajibkan mengenakan APD dan mengikuti instruksi pelatih secara disiplin.
  • Pelatihan diakhiri dengan post-test teori dan praktik, serta umpan balik dari peserta.

5. Evaluation (Evaluasi)

Evaluasi dilakukan untuk mengukur efektivitas pelatihan dan mencari peluang perbaikan. Evaluasi dilakukan di dua level:

  • Evaluasi formatif: Dilakukan selama pelatihan berlangsung, misalnya lewat diskusi, observasi praktik, dan pertanyaan spontan untuk mengukur pemahaman peserta.
  • Evaluasi sumatif: Dilakukan di akhir pelatihan, dengan membandingkan hasil pre-test dan post-test, serta observasi keterampilan praktik lapangan.

Selain itu, instruktur dapat memberikan angket kepuasan peserta, lalu menganalisisnya untuk memperbaiki materi, media, atau cara penyampaian pelatihan di masa mendatang.

Terakhir, Konteks Pelatihan K3

Model ADDIE memberikan kerangka kerja yang sangat membantu dalam merancang pelatihan K3, termasuk pelatihan operator forklift. Dengan pendekatan sistematis, para instruktur dapat memastikan bahwa setiap pelatihan yang disampaikan benar-benar relevan, efektif, dan mampu menanamkan budaya keselamatan kerja kepada para peserta. Selain itu, penggunaan ADDIE juga membantu pelatihan tetap sesuai standar dan regulasi yang berlaku. Penggunaan ADDIE sekaligus memberikan nilai tambah bagi perusahaan yang menyelenggarakannya.

Demikian, Semoga bermanfaat

Artikel Menarik terkait:

Luki Tantra,

Senior Advisor, PT. Tenaga Kerja Kompeten Indonesia.

Pengamat dan trainer bidang K3, Master Trainer Tersertifikasi BNSP, Asesor Kompetensi BNSP, dan pernah menjabat menjadi Ketua Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) Bidang K3.

Referensi :

1. Branch, R. M. (2009). Instructional Design: The ADDIE Approach. Springer.

2. Departemen Ketenagakerjaan RI. (2020). Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No. 8 Tahun 2020 tentang Sertifikasi Operator Forklift.

3. ILO. (2011). Training Manual on Occupational Safety and Health.

4. Gagné, R. M., Wager, W. W., Golas, K. C., & Keller, J. M. (2005). Principles of Instructional Design.

5. Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Operator Forklift – PT Transafe Dharma Persada (Internal Resource).

Baca Tulisan

Luki Tantra

Pengamat K3, Instruktur bidang K3 dan softskill / Training for trainer Master Trainer Tersertifikasi BNSP, Asesor Kompetensi BNSP, dan pernah menjabat menjadi Ketua Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) Bidang K3

Leave a Reply

Back to top button