Relativitas Unsafe Act
Siapa yang tidak mengetahui Albert Einstein? Ilmuwan ini sangat terkenal dengan Teori Relativitas nya. Teori tersebut berisi bahwa pengamat yang bergerak relatif terhadap masing-masing akan mendapatkan waktu dan interval ruang yang berbeda untuk kejadian yang sama.
Apakah Unsafe Act itu relatif?
Pada sebuah diskusi sabtu sore di kampus, saya menyadari bahwa memang unsafe act itu bisa memiliki relativitas atau berbeda tergantung orang yang memandang.
Di dalam Swiss Cheese Theory, unsafe act diterjemahkan sebagai “a direct action or decision by an individual that contributes to the occurrence of an accident” (Tindakan atau Keputusan langsung dari seorang individu yang berkontribusi terhadap terjadinya kecelakaan).
Seorang pekerja berjalan sambil menggunakan telepon genggam itu adalah unsafe act. Seorang pengelas tidak menggunakan kedok las ketika aktivitas mengelas, itu adalah unsafe act. Seorang operator forklift menggunakan SIO palsu, itu jelas adalah unsafe act.
Namun, sebenarnya unsafe act tidak hanya terkait dengan perilaku (action) melainkan juga terkait dengan keputusan (decision).
Seorang pemimpin di sebuah perusahaan misalnya, ia menggunakan handphone ketika berjalan, mengelas tanpa kedok las, atau mengendarai forklift tanpa SIO yang valid maka itu adalah sebuah unsafe act yang jelas.
Namun, bagi seorang pemimpin di sebuah perusahaan, unsafe act tidak bisa berhenti di situ.
Ia tidak membuat peraturan yang jelas terkait dengan penggunaan handphone sambil berjalan, tidak membeli kedok las yang sesuai atau tidak memeriksa validitas dari SIO forklift timnya, itu merupakan unsafe act tambahan untuk dia.
Relativitas unsafe act
Jika unsafe act sudah dijelaskan di atas. Saya juga harus memberikan definisi dari unsafe condition.
Dari sekian banyak definisi unsafe condition, ada 1 definisi yang menarik dan saya pernah dapatkan dalam sebuah pelatihan. Unsafe condition adalah sebuah kondisi yang cukup sehingga dapat menimbulkan kecelakaan, dihasilkan dari perilaku tidak aman dan orang yang melihat tidak memiliki cara untuk bertindak.
Misalnya, seorang pekerja melihat ada lampu yang mau jatuh di ketinggian maka itu adalah unsafe condition bagi dia, tapi bagi seorang teknisi, bisa jadi hal tersebut merupakan unsafe act karena si teknisi punya cara untuk bertindak.
Seorang operator merasakan suhu ruangan kerjanya panas, bisa saja itu merupakan unsafe condition untuknya. Namun, bagi seorang manager, hal tersebut bisa menjadi unsafe act karena sebenarnya sang manager bisa mengajukan pembelian penyejuk udara yang baru.
Seorang security misalnya melihat hydrant bocor ketika inspeksi, bisa saja itu merupakan unsafe condition untuknya. Namun, bagi tim HSE, hal tersebut adalah unsafe act mereka karena sebenarnya mereka bisa segera memanggil vendor untuk memperbaiki kebocoran.
Berkaca pada definisi dan contoh di atas, maka kita benar bisa menarik kesimpulan bahwa unsafe act dan unsafe condition itu bisa menjadi relatif tergantung dari persepsi siapa. Bagi mereka pelaku unsafe act, mereka harus segera bertindak karena unsafe act, kata Heinrich, menyumbang 88% kecelakaan kerja.