Penerapan Budaya K3: Proses dan Cara Menilainya
Selamat pagi…
Selamat tahun baru semua Pembaca Katigaku. Semoga sukses, bahagia, sejahtera dan kaya raya di tahun yang baru ini.
Oh ya, safetyzen pasti tahu, pemerintah Indonesia melalui Kementerian Tenaga Kerja (Kemnaker) telah mengeluarkan peraturan nomor 202 tahun 2021 tentang tema bulan K3 nasional Indonesia tahun 2022. Tahun ini, temanya adalah Penerapan Budaya K3 Pada Setiap Kegiatan Usaha Guna Mendukung Perlindungan Tenaga Kerja di Era Digitalisasi. Kalau belum tahu, juklaknya bisa dilihat di sini.
Tema “Budaya K3” ini sudah beberapa kali diancangkan kemnaker, setidaknya sejak tahun 2015. Berikut dikutip dari situs andiballadho.com seperti di bawah ini:
Tahun | Tema Bulan K3 |
2022 | Penerapan Budaya K3 Pada Setiap Kegiatan Usaha Guna Mendukung Perlindungan Tenaga Kerja di Era Digitalisasi |
2021 | Penguatan Sumber Daya Manusia Yang Unggul dan Berbudaya K3 Pada Semua Sektor Usaha |
2020 | Optimalisasi Kemandirian Masyarakat Berbudaya K3 pada Era Revolusi Industri 4.0 Berbasis Teknologi Informasi. |
2019 | Wujudkan Kemandirian Masyarakat Indonesia Berbudaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Untuk Mendukung Stabilitas Ekonomi Nasional |
2018 | Melalui Budaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Kita Bentuk Bangsa yang Berkarakter |
2017 | Dengan Budaya K3 Kita Tingkatkan Kualitas Hidup Manusia Menuju Masyarakat yang Selamat, Sehat dan Produktif |
2016 | Tingkatkan Budaya Untuk Mendorong Produktivitas Dan Daya 2016 Saing Di Pasar Internasional |
2015 | Melalui Penerapan SMK3 Kita Wujudkan Indonesia Berbudaya K3 Dalam Menghadapi Perdagangan Bebas |
Namun apa terjemahan dari budaya K3 itu sendiri, bagaimana penerapan dan sejauh mana hasilnya, jujur saja, penulis merasa masyarakat pada umumnya dan dunia K3 pada khususnya kurang mendapatkan informasi yang lengkap.
Karena penasaran, penulis berkonsultasi dengan Bapak Agoes Moedjihardjo. Beliau adalah praktisi senior di bidang Budaya dan Iklim K3. Beliau juga adalah Tim Pendiri PTK4I (Perkumpulan Tenaga Keselamatan dan Kesehatan Kerja Kompeten Indonesia), sebuah perkumpulan tenaga kerja K3 kompeten yang sangat concern kepada penerapan dan penilaian budaya K3. Perkumpulan ini memiliki visi dan misi untuk menerapkan K3 sebagai Budaya yang Unggul di Indonesia. PTK4I adalah wadah untuk memberikan kontribusi kepada masyarakat dan Industri di bidang K3, maupun Pemerintah sesuai dengan keahlian yang dimiliki oleh masing-masing anggota.
Serunya, bincang-bincang saya dengan Pak Agoes yang tadinya santai dan sambil lalu menjadi sersan (serius namun santai). Pembicaraan kami berkembang menjadi acara ngopi satu jam. Dan menurut penulis ini sangat sayang kalau tidak dibagikan ke pembaca katigaku.
Berikut Cuplikannya.
Daftar Isi
Apa itu Budaya K3 ?
Secara umum pengertian budaya adalah tata-cara, perilaku, pola pikir, persepsi, nilai-nilai sosial serta kearifan lokal yang diyakini dan dianut bersama oleh suatu masyarakat atau sekelompok orang dan merupakan hasil dari serangkaian proses sangat lama, yang diturunkan dan diwariskan kepada generasi berikutnya.
Di dunia industri dan bisnis, selain istilah Budaya K3 (Safety Culture) juga dikenal istilah Iklim K3 (Safety Climate) yang mirip dengan“Potret Budaya K3 sesaat”, yaitu Iklim K3 pada saat dilakukan survei pengukuran Iklim K3. Budaya K3 dan Iklim K3 adalah dua hal yang berbeda, tetapi mereka saling melengkapi.
Budaya K3 Perusahaan
Ada banyak definisi budaya keselamatan, tetapi saya memilih definisi ini yang diambil dari webpage of the Australian state of Queensland:
“Budaya K3 mewujudkan nilai-nilai K3 dan sejauh apa karyawan mengambil tanggung jawab pribadi untuk K3 dalam suatu perusahaan. Budaya K3 sering digambarkan sebagai “kepribadian” dari suatu perusahaan, karena merupakan nilai K3 bersama yang diyakini oleh para karyawan dan pimpinan perusahaan” (webpage of the Australian state of Queensland).
Menurut dokumen di atas, Budaya K3 yang bersifat positif terbentuk ketika karyawan telah memahami pentingnya K3 dan menunjukkan perilaku K3 yang positif, seperti memakai APD (Alat Pelindung Diri) yang dipersyaratkan tanpa diminta, memahami dan menuntaskan penilaian risiko untuk semua pekerjaan yang akan dilakukan, mematuhi langkah-langkah kerja aman yang telah disusun, serta melaporkan semua bahaya dan insiden.
Budaya K3 Perusahaan mencakup seperangkat keyakinan, pola pikir, nilai, sikap, perilaku dan kebiasaan bersama dalam hal yang terkait K3 di tempat kerja. Budaya K3 umumnya membutuhkan waktu lama, terkadang sampai bertahun-tahun untuk dapat berkembang ke arah tingkat yang lebih tinggi.
Manajemen dapat mempertahankan tingkat Budaya K3 yang telah mencapai tingkat yang tinggi dengan menjaga komitmen, kepemimpinan dan komunikasi K3 yang kuat. Di samping itu, dukungan para karyawan dengan berperilaku K3 positif juga faktor yang sangat menentukan dalam melestarikan tingkat Budaya K3 Perusahaan. Dengan adanya dan terbentuknya kedua elemen dari pimpinan dan para karyawan tersebut, maka Budaya K3 akan tetap stabil dan tidak berubah untuk waktu yang sangat lama. Jadi, Budaya K3 Membutuhkan Waktu yang lama untuk berkembang dan dikembangkan oleh pimpinan perusahaan.
Iklim K3 Perusahaan
Berikut definisi Iklim K3 yang diuraikan dalam factsheet from the Australian State of Queensland:
“Iklim K3 adalah nilai yang dirasakan dan dikaitkan dengan K3 pada suatu perusahaan danpada suatu titik waktu tertentu. Oleh karena itu, kita dapat menganggap bahwa Iklim K3 sebagai “potret suasana hati” suatu perusahaan pada waktu tertentu, berdasarkan pada apa yang dialami para pekerja dan pimpinan”.
Iklim K3 adalah potret K3 perusahaan pada satu titik waktu tertentu, karena itu, Iklim K3 dapat berubah dengan cepat. Misalnya, kejadian insiden serius atau penerapan Program ataupun Proses K3 baru mungkin akan dapat mempengaruhi ataupun meningkatkan Iklim K3. Pergantian direksi yang membawa visi dan misi yang baru juga dapat mengubah Iklim K3 perusahaan.
Menurut dokumen tersebut, Iklim K3 juga sebuah Indikator Kinerja K3 yang sangat berguna karena dapat menangkap sikap dan persepsi para karyawan dan manajemen terhadap K3 pada titik waktu tertentu. Cara terbaik untuk mengukur Iklim K3 adalah melalui survei persepsi K3 dengan responden para karyawan, manajemen perusahaan, sub-kontraktor, pemasok jasa dll,yang diverifikasi dengan bukti pelaksanaan program K3 untuk mencapai Target K3 Perusahaan melalui kunjungan lapangan ataupun tidak.
Catatan: Meskipun kunjungan lapangan lapangan adalah cara terbaik untuk melakukan verifikasi hasil survei, tetapi akan memakan waktu dan memerlukan biaya yang besar sehingga akan menghambat upaya untuk melakukan pengukuran Iklim dan Budaya K3 terutama di kalangan Industi menengah dan kecil. Karena itu, proses verifikasi dilakukan dengan mengirim dokumen bukti pelaksanaan program K3 via e-mail ataupun sarana online yang lain dan diskusi hasil survei dilakukan via Zoom atau aplikasi yang lain.
Benang Merah hubungan antara Budaya K3 dan Iklim K3:
Hubungan antara Budaya K3 dan Iklim K3 sedikit mirip dengan dilema “Ayam atau Telur”. Mana yang didahulukan atau mana yang berdampak pada yang lain? Untuk menjawab pertanyaan, mari kita lihat lagi kedua konsep dari sudut pandang waktu. Budaya K3 dikembangkan dan dipertahankan seiring waktu. Sedangkan Iklim K3 adalah gambaran persepsi K3 para karyawan dan pimpinan pada suatu waktu tertentu atau pada saat survei dilakukan.
Hasil survei pengukuran Iklim K3 yang stabil dan positif ini pasti berdampak pada pengembangan Budaya K3 karena perilaku dan sikap positif akan memperkuat Budaya K3 secara signifikan. Demikian pula, jika Budaya K3 levelnya sudah bagus, maka Iklim K3 akan tercermin melalui umpan balik positif yang diterima dari para karyawan dan pimpinan perusahaan saat dilakukan survei pengukuran persepsi Iklim K3. Karena itu bila hasil survei Iklim K3 secara konsisten stabil pada beberapa survey pengukuran dan dalam kurun waktu yang cukup lama (umumnya dalam kurun waktu beberapa tahun, karena jarak antara survei persepsi Iklim K3 yang satu dan yang berikutnya idealnya adalah satu tahun, untuk memberi waktu Manajemen Puncak untuk mengimplementasikan rekomendasi hasil survei Iklim K3 yang akan dapat meningkatkn level Iklim K3)maka dapat disimpulkan Level Budaya K3 Perusahaan.
Mengapa Mengembangkan & Menerapkan Iklim & Budaya K3 itu penting bagi Perusahaan?
Dari uraian di atas,pengembangan dan penerapan budaya K3 itu sangat penting karena antara lain:
- Secara langsung akan memenuhi dan melaksanakan perintah SMK3 serta PP50 serta Peraturan Pemerintah yang terkait atau dengan kata lain mendukung Program Pemerintah di bidang K3
- Secara signifikan akan dapat mencegah kecelakaan kerja
- Bila tingkat kejadian kecelakaan semakin rendah, maka biaya operasional akan turun secara signifikan
- Dengan Budaya K3 Perusahaan yang levelnya tinggi, semangat kerja serta moril karyawan akan meningkat, termasuk juga para pimpinan dan manajemen perusahaan yang tercermin dari komunikasi dan kerjasama antar karyawan yang kompeten, karyawan dan pimpinan serta antar pimpinan perusahaan yang sangat kompak. Disamping itu, mereka akan fokus dan bersinergi untuk mencapai target kinerja K3 perusahaan
- Item 3 di atas akan meningkatkan kualitas kerja dan kualitas produk perusahaan yang berdampak langsung maupun tidak langsung dengan meningkatnya keuntungan finansial perusahaan
- Dengan kinerja K3 perusahaan yang bagus, maka nilai saham perusahaan akan stabil bahkan meningkat
- Reputasi Perusahaan akan terangkat terutama yang memiliki hubungan dengan marketing
Sebaiknya biaya survei persepsi untuk mengukur Iklim K3 dan mengembangkan Budaya K3 Perusahaan ini sangat terjangkau, dengan durasi yang relatif cepat dengan hasil akurat,sehingga perusahaan kecil dan menengah mampu untuk berpartisipasi melakukannya, serta ikut mendukung tujuan Pemerintah, dalam hal ini Kemenaker R.I. yang telah mencanangkan“Dunia Industri Indonesia telah mempunyai Budaya K3 yang baik di tahun 2020”
Mengapa Mengembangkan & Menerapkan Iklim &Budaya K3 itu penting bagi Karyawan?
- Dengan Budaya K3 Perusahaan yang levelnya tinggi, semangat kerja serta moril karyawan akan meningkat, termasuk juga para pimpinan dan manjemen perusahaan yang tercermin dari komunikasi dan kerjasama antar karyawan yang kompeten yang berperilaku positif, karyawan dan pimpinan serta antar pimpinan perusahaan yang sangat kompak dalam mendukung pelaksanaan program K3. Karena itu, mereka akan fokus dan bersinergi untuk mencapai Target Kinerja K3 Perusahaan
- Item di atas secara langsung akan meningkatkan kualitas kerja dan kualitas produk perusahaan yang berdampak langsung maupun tidak langsung dengan meningkatnya keuntungan finansial perusahaan
- Dengan terbentuknya karyawan yang kompeten yang berperilaku positif dan dengan tingkat kepatuhan K3 yang tinggi, kecelakaan kerja akan menurun dengan tajam
Notes: Yang terpenting sebagai modal untuk pengembangan budaya k3 ialah Komitmen dan Leadership yang kuat dari Manajemen Puncak dan para Senior Manager. Komitmen dan leadership yang kuat akan mampu membentuk Perilaku Positif K3 Karyawan (Employee’s Positive Behavior), yang akan mendukung dan mematuhi pelaksanaan program K3 dengan penuh kesadaran karena paham akan tujuan pencapaian Target Kinerja K3 perusahaan dengan kerjasama dan komunikasi antar karyawan yang bagus.
Apa pentingnya pengembangan dan penerapan budaya K3 bagi Pemerintah?
Dengan merancang Survei Persepsi Penilaian Iklim K3 untuk mengukur Iklim K3 dan mengembangkan Budaya K3 Perusahaan ini agar sangat terjangkau, dengan durasi yang relatif cepat dengan hasil akurat, maka perusahaan kecil dan menengah akan mampu untuk berpartisipasi dalam Survei Iklim & Budaya K3 dan sekaligus mendukung Pemerintah yang telah mencanangkan “Dunia Industri Indonesia telah mempunyai Budaya K3 yang baik di tahun 2020”, suatu slogan yang jelas belum tercapai.
Pemerintah melalui Kemnaker dalam beberapa tahun belakangan ini menyebutkan “Penerapan Budaya K3” dalam Tema Bulan K3,bagaimana hasilnya?
Pemerintah belum punya program yang jelas tentang Penerapan Budaya K3, semua itu masih dalam bentuk wacana dan slogan. Dalam pada itu, sudah ada beberapa Perusahaan Konsultan dan Universitas yang sudah mengembangkan Metoda Survei Penilaian Iklim & Budaya K3. Semua Metoda Survei itu berbasis pada penerapan 12 Elemen SMK3 atau yang setara. Dengan demikian adalah tugas para Pengembang Metode Survei untuk mendesak Pemerintah agar mendukung penggunaan Metode Survei Penilaian Iklim & Budaya K3 yang telah mereka kembangkan, bila perlu dengan mengeluarkan regulasi yang diperlukan dan minimal mengakui semua Survei Penilaian Iklim & Budaya K3 yang telah dikembangkan.
Bagaimana cara mengukur Iklim & Budaya K3 ?
Saat ini, sudah ada beberapa Perusahaan Konsultan dan Universitas yang sudah mengembangkan Metoda Survei Penilaian Iklim & Budaya K3. Semua Metoda Survei itu berbasis pada penerapan 12 Elemen SMK3. Perkumpulan kami, PTK4I, telah cukup lama mengembangkan Metoda Survei Penilaian Iklim & Budaya K3, yang dinamakan Metode Survei PROSPEX SMART Safety yang berupa, satu set kuestioner yang harus dijawab secara online oleh para responden yang ditunjuk oleh perusahaannya, Diskusi Grup antara para Assessor dengan Manajemen Perusahaan, Diskusi Grup antara para Assessor dengan dengan sekelompok responden untuk verifikasi hasil survei, serta Perusahaan yang di-survei harus bisa menunjukkan bukti tentang program-program K3 berbasis 12 Elemen SMK3 yang telah dilaksanakannya. Assessor telah merancang satu set pertanyaan untuk verifikasi hasil survei yang harus dijawab dengan dilampiri scanned dokumen & prosedur K3 dan bukti penerapannya, foto/video implementasi program K3 dll. Karena hampir seluruhnya dilakukan dengan cara online, maka biaya Survei Penilaian Iklim & Budaya K3 akan sangat terjangkau.
Apa perlunya Komunitas K3 yang concern kepada Budaya K3?
Level Budaya K3 yang tinggi sangat diperlukan untuk membangun Industri yang aman dengan kualitas produk yang bagus sehingga bisa bersaing di dunia industri yang sudah sangat maju ini. Kita telah jauh ketinggalan dalam upaya menilai dan mengembangkan Iklim & Budaya K3. Maka semua Komunitas K3 harus ikut mengkampanyekan/mengadvokasi roadmap/tatacaranya agar Pemerintah mau bekerjasama dengan Komunitas K3 swasta untuk melaksanakan penilaian dan kemudian mengembangkan Iklim/Budaya K3 dengan menggunakan metoda survei yang sudah dan akan ada. Pemerintah dapat memberikan Penghargaan pada Perusahaan-perusahaan, misalnya, pada “Bulan K3” dengan kriteria misalnya:
- Perusahaan yang telah diukur Iklim K3-nya
- Perusahaan yang telah diukur ulang Iklim K3-nya dan menunjukkan peningkatan level Iklim K3-nya
- Perusahaan yang setelah diukur Iklim K3-nya, mendapat level 3 dari skala 1 s/d 5
- dll
Demikian hasil tukar pikiran Penulis dengan Bapak Agoes. Semoga pembaca setia Katigaku bisa mengambil manfaatnya.
Luki Tantra
Trainer & Asesor Sertifikasi BNSP
Senior Advisor di Tenaga Kerja Kompeten Indonesia (TKKI)