Aspek OrganisasiDasar K3

Prinsip Manajemen dan Jenis Analisis Risiko Keselamatan Kerja

British standard BS 31100 menetapkan prinsip manajemen risiko seperti standar internasional ISO 31000 yang juga mencakup daftar rinci tentang prinsip-prinsip yang disarankan manajemen risiko. Manajemen risiko yang sukses akan:

• Proporsional dengan tingkat risiko dalam organisasi
• Sesuai dengan kegiatan usaha lainnya
• Komprehensif,sistematis dan terstruktur
• Tertanam dalam proses bisnis
• Dinamis,interaktif dan responsif terhadap perubahaan

AS NZS 4360:2004 menyebutkan bahwa manajemen riisko beroperasi pada seperangkat prinsip dengan beberapa definisinya. Manajemen risiko pun memilki tahapan-tahapan yaitu identifikasi, analisis dan pengendalian risiko

.
Prinsip Manajemen Risiko

    Gambar 2.1 Risk Management Process-Overview ASNZS 4360

Identifikasi Risiko

Pada tahap ini dilakukan identifikasi terhadap risiko yang akan dikelola. Identifikasi harus dilakukan terhadap semua risiko, baik yang berada di dalam ataupun di luar organisasi.
Identifikasi risiko haruslah mengenai pertimbangan berikut:

a. Apa yang dapat terjadi?
Tujuannya adalah untuk menyusun daftar risiko secara komprehensif dari kejadian-kejadian yang dapat berdampak pada setiap elemen kegiatan. Pada dasarnya tahap ini memberikan eksplorasi gambaran permasalahan yang dihadapi. Tahap ini nantimya akan memberikan besaran konsekuensi yang dapat terjadi. Konsekuensi merupakan sebuah variabel penting untuk menentukan level risiko nantinya.

b. Bagaimana dan mengapa itu terjadi?
Pada tahap ini dilakukan skenario proses kejadian yang akan menimbulkan risiko berdasarkan informasi gambaran hasil eksplorasi masalah di atas. Skenario menjadi penting untuk memberikan rangkaian “cerita”tentang proses terjadinya sebuah risiko, termasuk faktor-faktor yang dapat diduga menjadi penyebab ataupun mempengaruhi timbulnya risiko. Tahap ini akan memberikan rentang probabilitas yang ada. Probabilitas juga merupakan elemen yang penting untuk menentukan level risiko nantinya.

Pendekatan yang digunakan untuk identifikasi risiko diantaranya adalah checklist, penilaian berdasarkan pengalaman dan pencatatan, flow charts, brainstorming, analisis sistem, analisis skenario dan tekhnik sistem rekayasa.
Metode identifikasi merupakan tekhnik yang dikembangkan untuk mengenal dan mengevaluasi berbagai bahaya yang terdapat dalam proses kerja. Beberapa metode yang dapat digunakan dalam mengidentifikasi potensi bahaya dalam kegiatan industri adalah sebagai berikut (Kolluru,1996).

1. What if/check list
Dalam metode ini, setiap proses dipelajari melalui pendekatan brainstorming untuk memformulasikan setiap pertanyaan meliputi kejadian yang akan menimbulkan konsekuensi yang tidak diinginkan. Masing-masing pertanyaan dibagi ke dalam tahapan operasi,tekhnik, pemeliharaan dan inspeksi.
Setiap pertanyaan tersebut mempertimbangkan skenario terjadinya insiden, identikasi konsekuensi, penilaian kualitatif untuk menentukan tingkat keparahan konsekuensi, kemungkinan dari semua risiko yang ada dan pembuatan rekomendasi untuk mengurangi bahaya. Metode what if/ checklist dapat digunakan untuk mengidentifikasi bahaya potensial dari setiap tahapan proses. Metode ini akan efektif apabila dilakukan oleh tim yang berpengalaman untuk evaluasi suatu proses.

2. HAZOPS
Hazard and Operability Study (HAZOPS) digunakan untuk mengidentifikasi permasalahan dari operasional proses yang dapat mempengaruhi efisiensi produksi dan keselamatan. HAZOPS merupakan metode identifikasi risiko yang berfokus pada analisis terstruktur mengenai operasi yang berlangsung.
Dengan menggunakan HAZOPS, kita harus mempelajari setiap tahapan proses untuk mengidentifikasi semua penyimpangan dari kondisi operasi yang normal, mendeskripsikan bagaimana bisa terjadi dan menentukan perbaikan dari penyimpangan yang ada.

3. FMEA
Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) merupakan metode identifikasi risiko dengan menganalisis berbagai pertimbangan kesalahan dari peralatan yang digunakan dan mengevaluasi dampak dari kesalahan tersebut. Kelemahan metode ini adalah tidak mempertimbangkan kesalahan manusia. Dalam hal ini, FMEA mengidentifikasi kemungkinan abnormal atau penyimpangan yang dapat terjadi pada komponen atau peralatan yang terlibat dalam proses produksi serta konsekuensi yang ditimbulkan.

4. FTA
Fault Tree Analysis (FTA) merupakan suatu teknik yang dapat digunakan untuk memprediksi atau sebagai alat investigasi setelah terjadinya kecelakaan dengan melakukan analisis proses kejadian. FTA nantinya akan menghasilkan penilaian kuantitatif dari probabilitas kejadian yang tidak diinginkan.
FTA merupakan metode yang paling efektif dalam menemukan inti permasalahan karena dapat menentukan bahwa kerugian yang ditimbulkan tidak berasal dari satu kegagalan. FTA merupakan kerangka berpikir terbalik di mana evaluasi berawal dari insiden kemudian dikaji penyebabnya.

5. ETA
Event Tree Analysis (ETA) adalah metode yang menunjukkan dampak yang mungkin terjadi dengan diawali oleh identifikasi pemicu kejadian dan proses dalam setiap tahapan yang menimbulkan terjadinya kecelakaan. Dalam melakukan ETA, kita perlu mengetahui pemicu dari kejadian dan fungsi sistem keselamatan atau prosedur kegawatdaruratan yang tersedia untuk menentukan langkah perbaikan terhadap dampak yang ditimbulkan.

6. JHA
Job Hazard Analysis (JHA) adalah tekhnik yang berfokus pada tahapan pekerjaan sebagai cara untuk mengidentifikasi bahaya sebelum suatu kejadian yang tidak diinginkan muncul. Metode ini lebih fokus pada interaksi antara pekerja, tugas/pekerjaan, alat dan lingkungan. Setelah diketahui bahaya yang tidak bisa dihilangkan, maka dilakukan usaha untuk menghilangkan atau mengurangi risiko bahaya ke tingkat level yang bisa diterima (OSHA 3071).

JHA dapat diterapkan dalam berbagai macam jenis pekerjaan, namun terdapat beberapa prioritas pekerjaa yang perlu dilakukan JHA, antara lain:
• Pekerjaan dengan tingkat kecelakaan/kesakitan yang tinggi
• Pekerjaan yang berpotensi menyebabkan luka,cacat atau sakit meskipun tidak terdapat insiden sebelumnya
• Pekerjaan yang bila terjadi sedikit kesalahan kecil akan dapat memicu terjadinya kecelakaan parah atau luka
• Pekerjaan yang baru atau mengalami perubahan dalam proses dan prosedur
• Pekerjaan cukup kompleks untuk ditulis instruksi pelaksanaannya

Contoh JHAGambar 2.2 Contoh JHA

Sumber : OSHA 3071

Analisis Risiko
Dalam AS/NZS 4360:2004, analisa risiko adalah suatu kegiatan sistematik dengan menggunakan informasi yang ada untuk mendeteksi seberapa besar konsekuensi (severity) dengan tingkat keseringan (likelihood) suatu kejadian yang timbul. Tujuan dilakukan analisis risiko adalah untuk memisahkan antara risiko kecil (minor risk) dengan risiko besar (major risk) yang kemudian dapat digunakan sebagai evaluasi dan pertimbangan perlakuan pengendalian. Tujuan dari analisis risiko adalah untuk membedakan risiko minor yang dapat diterima atau risiko mayor yang membutuhkan tindakan pengendalian.

Analisis risiko dapat dilakukan untuk berbagai tingkat rincian tergantung pada risiko,tujuan analisis, informasi, data dan sumber daya yang tersedia. Analisis risiko dapat berbentuk kualitatif, semi kuantitatif, kuantitatif ataupun kombinasi diantara ketiganya tergantung pada keadaan. Urutan kompleksitas dan biaya analisis mulai dari rendah hingga tinggi yakni kualitatif, semi kuantitatif dan kuantitatif.

a. Analisis Kualitatif
Analisa kualitatif adalah analisa yang paling banyak digunakan. Analisa kualitatif merupakan analisa yang cepat dan relatif mudah untuk digunakan, jangkauan identifikasi konsekuensi (consequences) dan kemungkinan (likelihood) yang luas. Analisa ini juga mampu menyediakan pemahaman secara umum tentang perbandingan risiko di berbagai macam tingkat serta matriks risiko yang dapat digunakan untuk memisahkan kejadian risiko ke dalam tingkatan.

Tekhnik analisis Commonwealth of Australia,2004risiko kualitatif menggunakan deskriptif term untuk menjelaskan kemungkinan dan konsekuensi dari sebuah risiko. Hasil dari analisis risiko kualitatif ini dapat berupa risk matrix format. Contoh dari AS/NZS 4360 menjelaskan bahwa besaran dari semua konsekuensi diterjemahkan sebagai: insignificant- level 1, minor-level 2, moderat-level 3, mayor-level 4 dan catasthrophic-level 5. Dengan cara yang mirip, kemungkinan dapat dibatasi dengan kategori: almost certain-level A, likely-level B, possible-level C, unlikely-level D atau rare-level E.

Qualitative Risk Assesment

      Gambar 2.3 Qualititative Assesment Risk Matrix

 

    (Sumber : Commonwealth of Australia,2004)

Analisis kualitatif memiluku keterbatasan jika dibandingkan dengan analisis risiko yang bersifat kuantitatif. Analisis risiko kualitatif kadang tidak tepat, sulit dibandingkan dengan kejadian umum, penilaian konsekuensi dan kemungkinan yang cenderung sangat subjektif membuat sulit untuk dikomunikasikan dengan stakeholders. Hasil dari analisis kualitatif juga sulit dijadikan pertimbangan dalam bisnis (Commonwealth of Australia,2004).

b. Analisis Semi Kuantitatif

Pendekatan semi kuantitatif untuk analisis risiko saat ini sedang dipakai secara luas untuk menjawab keterbatasan yang didapat dari analisis risiko secara kualitatif. Analisis semi kuantitatif memberikan sebuah gambaran risiko yang lebih detail dalam prioritas risiko dibandingan dengan anaisis secara kualitatif. Analisis ini memungkingkan untuk melibatkan perkalian dari tingkat frekuensi dengan besaran numerik dari konsekuensi sehingga memungkinkan untuk melakukan beberapa kombinasi.

Dalam matriks analisis risiko semi kuantitatif, kemungkinan (likelihood) dan konsekuensi (consequences) telah dberikan tingkatan jumlah yang dapat dikali (multiplied) untuk mendapatkan tingkat risiko secara numerik. Dalam gambar di bawah ini, risiko yang ekstrim mendapatkan nilai lebih besar dari 15, risiko tinggi mendapatkan nilai 10-15 dan seterusnya.

Basic Semi Quantitative

      Gambar 2.4 Contoh Basic Semi Quantitative Risk Rating Matrix
    (Sumber : Commonwealth of Australia,2004)

Kelebihan dari pendekatan ini adalah sebuah tingkat risiko dapat diketahui sesuai dengan nilai numerik risikonya. Namun, pendekatan ini memiliki kelemahan yang sangat besar yaitu nilai numerik risiko dapat saja tidak mencerminkan risiko tingkat kejadian yang sesungguhnya karena adanya kemungkinan perbedaan susunan dari besarnya kemungkinan dan konsekuensi.

Dalam banyak kasus, analisis semi kuantitatif telah dikembangkan untuk mengatasi kelemahan yang telah dijelaskan sebelumnya. Analisis semi kuantitatif tersebut menggunakan nilai kemungkinan dan konsekuensi yang lebih dekat dan mencerminkan besaran relatif risiko tetapi tetap bukan merupakan nilai yang absolut sesuai dengan risiko yang sebenarnya. Gambar di bawah ini menunjukkan nilai risiko yang menggambarkan secara lebih baik tingkat kemungkinan dan konsekuensi dan menyediakan perbandingan yang nyata dalam setiap kelasnya (Commonwealth of Australia,2004).

alternative basic semi quantitative

      Gambar 2.5 Contoh Alternative Basic Semi Quantitative Risk Rating Matrix
    (Sumber : Commonwealth of Australia,2004)

Pada contoh di atas, penilaian risiko sangat jelas menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara nilai pada kelas kemungkinan (likelihood classes) dan kelas konsekuensi (consequences classes). Dengan menggunakan pendekatan ini, peneliti dimungkinkan untuk mengetahui tingkat risiko dengan perkalian antara kemungkinan dan konsekuensi. Contohnya, sebuah tingkat risiko memiliki tingkat kemungkinan 0.01 dan memiliki tingkat konsekuensi sebesar 1000 maka tingkat risikonya bernilai 10. Tingkat risiko yang sama juga akan muncul dari kejadian lain apabila memiliki tingkat kemungkinan sebesar 0.1 dan tingkat konsekuensi sebesar 100 (Commonwealth of Australia,2004).

Penilaian risiko semi kuantitatif merupakan metode yang cepat,mudah untuk digunakan, jelas dalam identifikasi kemungkinan dan konsekuensi, dapat dibandingkan dengan risiko kejadian lain dan berguna untuk penilaian risiko secara komprehensif. Jika dibandingkan dengan analisis kuantitatif, analisis semi kuantitatif lebih stabil dalam tingkat konsekuensi karena kebanyakan analisis kuantitatif menggunakan besaran mata uang (Commonwealth of Australia,2004). Hal ini tidak dapat digunakan untuk menilai risiko dalam lingkup dampak terhadap lingkungan (environment impact statement).

c. Analisis Kuantitatif
Pada analisis kuantitatif, risiko-risiko akan diukur secara spesifik. Analisis ini menggunakan nilai numerik dari pengukuran yang mendalam bukan data deskriptif skala yang digunakan seperti dalam analisis kualitatif dan semi kuantitatif. Kualitas analisis kuantitatif sangat tergatung pada ketepatan dan kelengkapan nilai numerik dan validitas model yang digunakan.

Dalam analisis kuantitatif, nilai dari kemungkinan (likelihood) dibuat dari frekuensi kejadian seperti frekuensi tahunan atau frekuensi selama periode spesifik. Kemungkinan juga dapat dilihat dari probabilitas dari terwujudnya risiko seperti 1:17 dalam setiap kejadian. Sedangkan, konsekuensi didapatkan dari pengukuran sesuai dengan aplikasi yang diinginkan. Contohnya, penilaian dari risiko tekhnik sebuah bendungan sering diukur dari kemungkinan nyawa yang hilang atau bisa diukur dari sisi biaya yang dikeluarkan (Commonwealth of Australia,2004)

REFERENSI
Departement of Resources Energy and Tourism. (2008). Risk Assesment and Risk Management. Canberra: Commonwealth of Australia.
Kolluru, V., and et. al. Rao. (1996). Risk Assesment and Management Handbook. New York: Mcgraw-Hill.
OSHA. Job Hazard Analysis OSHA 3071.(2002). Ilinois: U.S. Departement of Labor.
Standards Australia and Standards New Zealand. (2004). Risk management AS/NZS 4360:2004. Sydney: Standards Australia International Ltd.

Baca Tulisan

Agung Supriyadi

HSSE Corporate Manager. Dosen K3. 100 Tokoh K3 Nasional versi World Safety Organization. Selalu senang untuk berdiskusi terkait dengan K3

4 Comments

Leave a Reply

Back to top button